TEMPO.CO, Hong Kong - Setelah sepekan berlangsung dengan damai, demonstrasi prodemokrasi di Hong Kong mulai ricuh. Begitu memasuki pekan kedua, bentrokan mulai terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa pada Ahad, 5 Oktober 2014.
Menurut laporan BBC, kemarin, polisi menggunakan tongkat dan semprotan merica untuk membubarkan para demonstran di distrik komersial Mong Kok. (Baca: Dikepung, Pusat Pemerintahan Hong Kong Lumpuh)
Beberapa tokoh unjuk rasa prodemokrasi Hong Kong mencurigai pemerintah diam-diam bekerja sama dengan kelompok-kelompok mafia untuk mengacaukan aksi protes mereka. Namun tuduhan ini ditepis pihak berwenang Hong Kong.
Sebelumnya, pada Sabtu, 4 Oktober lalu, polisi menangkap 19 orang--delapan di antaranya berlatar belakang anggota mafia--yang diduga melakukan kekerasan saat demonstrasi berlangsung pada Jumat lalu. (Baca: Polisi Tangkap 19 Penyerang Demonstran Hong Kong)
Mafia di Hong Kong sejak lama menjalankan praktek ilegal mengendalikan jaringan perdagangan narkoba, prostitusi, dan pemerasan. Bahkan, belakangan ini mereka terjun dalam bisnis legal, seperti properti dan keuangan. (Baca: Mafia Tunggangi Unjuk Rasa di Hong Kong)
Baca Juga:
Unjuk rasa prodemokrasi di Hong Kong menuntut Cina menjalankan pemilihan langsung pada 2017 untuk menggantikan Leung Chun-ying, pemimpin pemerintahan otonomi Hong Kong. (Baca:6 Perilaku Demonstran Hong Kong yang Patut Ditiru)
ANINGTIAS JATMIKA | BBC
Terpopuler
Tiga Pejabat Top Korut Mendadak Kunjungi Korsel
Mafia Tunggangi Unjuk Rasa di Hong Kong
Jadi Mualaf, Wanita Bertato Dilamar Pendukung ISIS