TEMPO.CO, Raqqa - Pernah tergabung dalam Brigade Al-Khansaa di bawah naungan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), seorang wanita yang mengaku bernama Khadijah ini mengaku mendapat bayaran yang tidak besar.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN yang dirilis hari ini, Khadijah menuturkan bahwa setiap bulan dirinya mendapat gaji sebesar US$ 200, atau setara dengan Rp 2,4 juta, dan tambahan jatah makanan. Jumlah ini jauh di bawah gaji rata-rata di Suriah yang mencapai Rp 3,6 juta.
Brigade Al-Khansaa yang berbasis di Kota Raqqa terdiri atas sekitar 25-30 wanita. Mereka berpatroli di jalan-jalan Kota Raqqa untuk memastikan semua wanita mematuhi peraturan untuk menggunakan pakaian muslimah sebagaimana digariskan ISIS. (Baca: Milisi Wanita ISIS Bentuk Brigade Al-Khansaa)
Pekerjaan ini, meski terlihat sederhana, nyatanya tetap dihantui risiko yang besar. Kekerasan seksual, pemerkosaan, dan pertempuran dengan pasukan militer yang dibantu Amerika Serikat menghantui Khadijah dari waktu ke waktu.
Melihat risiko yang demikian besar, rasanya tak sebanding dengan pendapatan yang mereka terima. Jumlah pendapatan ini masih jauh di bawah pendapatan yang ditawarkan ISIS untuk menjadi wartawan mereka.
ISIS menawari gaji yang tinggi, yakni sekitar US$ 1.500 atau senilai Rp 18 juta. Angka ini merupakan lima kali gaji rata-rata di Suriah. Tak hanya gaji, sejumlah fasilitas juga ditawarkan ISIS. (Baca: Wartawan ISIS Digaji ISIS Rp 18 Juta per Bulan)
“Mereka menawari saya gaji itu, ditambah mobil, rumah, dan semua kamera yang saya butuhkan,” kata seorang pria yang ditawari menjadi wartawan ISIS di Kota Raqqa, Suriah, kepada Financial Times, yang kemudian dikutip dari Daily Mail, Senin, 22 September 2014.
ANINGTIAS JATMIKA | CNN | DAILY MAIL
Berita Lainnya
WNI Korban Pembunuhan di Australia Diduga Transgender
WNI Jadi Korban Mutilasi Pacarnya di Australia
Mayang Sebut Dirinya Waria Kelas Atas Asia