TEMPO.CO, Queensland - Menurut studi terbaru, orang-orang yang mengemudi di bawah pengaruh ganja dua kali lipat lebih berisiko mengalami kecelakaan. Satu dari sepuluh orang pengguna ganja mengalami ketergantungan dan perbandingan tersebut makin bertambah. Penggunaan ganja menjadi semakin umum dalam beberapa tahun terakhir.
Selain ketergantungan ganja, studi ini juga merangkum efek obat pada kesehatan dan kesejahteraan manusia dalam dua dekade terakhir. "Kami memeriksa bukti-bukti ilmiah tentang efek ganja sepanjang 1993-2013," kata Wayne Hall, Direktur Pusat Studi Penyalahgunaan Obat di Kalangan Remaja University of Queensland, Australia, seperti dikutip dari Livescience, Rabu, 8 Oktober 2014.
Hall mengungkapkan, remaja yang menggunakan ganja secara teratur dua kali atau lebih mengalami dampak negatif pada kualitas pendidikannya. Mereka akan mengalami gangguan pengalaman kognitif dan psikologis. Studi ini diterbitkan di jurnal Addiction edisi 6 Oktober 2014. (Baca juga: BNN: Mayoritas Pengguna Ganja Orang Desa)
Hanya, satu poin dalam studi ini yang masih menjadi perdebatan adalah apakah penggunaan ganja secara teratur akan mengarahkan pada penggunaan obat lain atau tidak. Hall memang sempat menyinggung hal tersebut dalam tulisannya. "Tapi hubungannya masih kecil," ujarnya.
Menurut Hall, risiko overdosis fatal dari pemakaian ganja--atau dikenal juga dengan sebutan kanabis--memang sangat kecil. Selama ini pun tak ada laporan kematian akibat overdosis ganja. Namun, terdapat laporan kesehatan tentang kematian akibat masalah jantung pada pria muda, yang tampaknya disebabkan oleh ganja. (Baca juga: Boediono: Negara Bisa Hancur karena Opium)
Selanjutnya: Benarkah ganja bisa jadi obat?