TEMPO.CO, Surabaya - Penasihat Kesejahteraan Tentara Nasional Indonesia, Sri Dato Tahir, mengatakan pemberian bantuan apa pun memang tidak cuma-cuma.
Adagium tidak ada makan siang gratis, kata Tahir, adalah seratus persen benar. "Tapi problemnya, orang-orang keliru mengurutkannya," kata CEO Mayapada Grup ini kepada Tempo, Selasa, 7 Oktober 2014 di dermaga Pangkalan Komando Armada Timur, Surabaya, Jawa Timur, setelah perayaan HUT TNI ke-69. (Baca: Jaleswari: SBY Belum Berhasil Mereformasi TNI)
Menurut Tahir, perjalanan kesuksesannya sehingga menjadi orang terkaya di Indonesia karena situasi aman di Indonesia. Tahir juga mengatakan sudah makan dan minum dari bumi Indonesia. Keluarganya pun bersekolah dan berkarier tanpa ada gejolak di sini. "Lalu saya ada tabungan sedikit dan merasa utang budi kepada Indonesia," kata dia. "Saya merasa terpanggil."
Tahir menjawab kritikan beberapa pihak yang beranggapan bantuan yang digelontorkannya bakal mempengaruhi profesionalitas TNI ke depan. "Bukan saya bantu lalu minta ini-itu. Urutannya terbalik." (Baca: Inilah yang Akan Dilakukan Jokowi untuk TNI)
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Fuad Basya mengatakan sebagai pejabat setingkat menteri, Moledoko berhak menunjuk orang di luar TNI sebagai penasehat. "Dalam rangka menyukseskan tugas pokok Panglima yang dianggap penting dapat bantuan," kata Fuad.
Sebagai pejabat negara, kata Fuad, Panglima tak boleh pasrah dengan kenyataan bahwa anggaran pengadaan rumah prajurit terbatas. Panglima mencari terobosan dan tak bergantung pada APBN. Fuad mencatat setidaknya ada 250 ribu prajurit yang tak punya rumah. "Kalau normatif sesuai kebijakan, pengadaan rumah prajurit bisa selesai 25 hingga 30 tahun lagi," kata Fuad. (Baca: Calon Bos KPK Ini Ingin Tembus TNI)
Sebagai orang terkaya, Fuad melanjutkan, Tahir diharapkan memberi masukan. Kenyataannya, kata dia, Tahir malah menghimpun dana dari orang sukses untuk membangun rumah di seluruh wilayah. "Duit itu untuk membangun rumah dinas, bukan pribadi," kata Fuad.
Lebih lanjut, Fuad mengatakan tidak ada imbal balik terhadap Tahir. "Apa mau dikasih duit? Wong, dia sudah punya banyak," kata dia. Kalau, toh, untuk membekingi Tahir dari masalah hukum dan politik, kata Fuad, TNI tak memiliki kapasitas tersebut. "Tak ada kata-kata membekingi. Dia sudah kuat, kok."
Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Mardani Ali Sera, khawatir pengangkatan Tahir dan Peter Sondakh sebagai penasihat akan mempengaruhi profesionalitas TNI. "Saya khawatir dua orang ini membawa konsekuensi yang tidak perlu," katanya.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Baca juga:
Ibu Mayang: Saya Sudah Maafkan Marcus
Mengenal Tank Leopard, Bintang Baru HUT TNI
Pacar Mayang Ternyata Juga Pekerja Seks
Zulkifli Hasan Pernah Diperiksa KPK