TEMPO.CO, Jakarta - Adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, membantah Koalisi Prabowo akan menghambat pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo, seperti tertulis dalam wawancara Hashim dengan media The Wall Street Journal, Selasa, 7 Oktober 2014 lalu.
Ini bisa dilakukan karena partai-partai Koalisi Prabowo menguasai sekitar 63 persen kursi di DPR. Menurut Hashim, wawancara itu dilakukan dalam bahasa Inggris dan hasil terjemahannya dipelintir oleh media dalam negeri.
"Jangan percaya yang bahasa Indonesia karena telah dimanipulasi," ujar Hashim melalui pesan singkat, Kamis, 9 Oktober 2014. (Baca: Soal Veto 100 Posisi, Hashim Dianggap Tak Paham UU)
Berikut petikan wawancara Hashim dengan media itu, baik dalam versi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ini ditampilkan agar pembaca bisa melihat sendiri versi asli dari berita itu.
Hashim Djojohadikusumo, Mr. Subianto's brother, and their allies have put together a coalition that controls a majority of the seats in parliament and has set out to thwart President-elect Joko Widodo's agenda even before he takes office Oct. 20.
Known as the Red and White coalition, it could control parliament's agenda, its committee leadership and the confirmation of major presidential appointments for years to come. (Baca:PAN Ogah Ikuti Hashim Jegal Jokowi)
"Our long-term aim at least for the next five years is to be an active, constructive opposition," Mr. Djojohadikusumo said in an interview Monday.
"Yes, Mr. Jokowi there is a price to be paid," he added, referring to Mr. Widodo by his nickname.
Mr. Djojohadikusumo said he is motivated in part by what he sees as Mr. Widodo's personal betrayal. One of Indonesia's wealthiest men, Mr. Djojohadikusumo said he was Mr. Widodo's primary financial campaign backer when he won the Jakarta governorship two years ago.
At the time, he asserts, Mr. Widodo promised him he would serve a full five-year term as governor. But the popular former furniture maker ran for president this year and won, defeating Mr. Subianto by 53 to 47 percent.
"There was an understanding and we feel that he didn't live up to that understanding, not only implicit but explicit," Mr. Djojohadikusumo said. "We feel he was being very politically expedient."
Berikut ini versi bahasa Indonesia:
Adik Prabowo Subianto dan para sekutunya membentuk koalisi yang menjadi suara mayoritas di Dewan Permusyawaratan Rakyat (DPR). Mereka siap mengagalkan agenda presiden terpilih Joko Widodo bahkan sebelum masa jabatan kepresidenan mantan Wali Kota Solo itu dimulai pada 20 Oktober.
Dikenal sebagai Koalisi Merah Putih, persekutuan partai-partai penyokong Prabowo itu dapat mengendalikan agenda DPR, kepemimpinan kepanitiaan, dan sebagainya. "Tujuan jangka panjang kami dalam lima tahun ke depan adalah menjadi oposan aktif dan membangun," ujar Hashim dalam sebuah wawancara, Senin.
"Ya, Jokowi, ada harga yang harus dibayar," ujarnya, merujuk kepada panggilan Joko Widodo.
Hashim termotivasi sebagian oleh hal yang ia pandang sebagai pengkhianatan pribadi Jokowi. Sebagai salah satu orang terkaya Tanah Air, Hashim mengatakan bahwa ia menjadi penyokong utama kampanye Jokowi saat berhasil menjadi Gubernur Jakarta dua tahun lalu.
Saat itu, ia menegaskan, Jokowi berjanji akan memenuhi masa jabatan gubernur selama lima tahun. Namun, mantan pengusaha mebel itu menerima pinangan untuk menjadi presiden dan berhasil menyingkirkan Prabowo dengan perolehan suara 53% berbanding 47%. "Ada kesepakatan (di antara kita) dan kami merasa ia tidak memenuhi (kesepakatan) itu. Tidak hanya secara tersirat, tapi tersurat," ujar Hashim. "Kami kira ia secara politis ambil untung," ujar Hashim.
Berikut ini dua links berita itu:
http://indo.wsj.com/posts/2014/10/07/hashim-jokowi-ada-harga-yang-harus-dibayar/
http://blogs.wsj.com/searealtime/2014/10/07/subiantos-brother-promises-active-opposition-to-jokowi/
WSJ I TIKA PRIMANDARI
Berita terpopuler lainnya:
Dijegal DPR, Jokowi Tak Segan Keluarkan Hak Veto
Ormas Anarkistis, Jokowi: Gebuk Saja
Krisis, Gudang Garam PHK 2.000 Karyawan