TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak wariskan nilai demokrasi selama sepuluh tahun kepemimpinannya. Anggapan itu, dia menambahkan, makin kentara setelah Presiden SBY mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah.
"Substansi Perpu itu wajib diapresiasi, tapi proses penerbitannya bisa disebut tak bermoral," ujarnya di Menteng Huis, Jakarta, Ahad, 12 Oktober 2014. (Baca: SBY: Kemarahan Rakyat Mestinya Dibagi Dua)
Presiden SBY mengeluarkan Perpu Pilkada dua pekan lalu. Keputusan tersebut diteken untuk menggantikan UU Pilkada yang mengatur pemilihan kepala daerah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Peraturan itu memuat sistem pilkada langsung dengan sepuluh perbaikan seperti yang ditawarkan Partai Demokrat saat Rapat Paripurna DPR.
Menurut Ray, Presiden SBY harusnya bisa menghentikan kegaduhan politik akibat penerbitan Perpu tersebut. Sebab, dalam sistem presidensial, presiden bisa menyatakan ketidaksetujuannya pada rancangan undang-undang yang sedang dibahas di parlemen. "Andaikan Presiden Yudhoyono keluarkan veto sebelum Paripurna DPR, RUU Pilkada akan berhenti dibahas," ujarnya. (Baca: SBY Bikin Kuis #KopdarPamitan)
Sikap yang tidak prodemokrasi, kata Ray, juga ditunjukkan oleh Presiden SBY yang tak berpihak pada masalah hak asasi manusia. Problem kebebasan beragama dan penyelesaian kasus HAM masa lalu tak mendapat perhatian serius pada era Presiden Indonesia ketujuh itu. "Komitmen pada kasus HAM itu juga jadi indikator keberpihakan pada proses demokrasi."
Dengan melihat manuver politik Presiden SBY, kata Ray, rakyat makin yakin bahwa Ketua Umum Partai Demokrat itu konsisten dengan politik pencitraan. "Politik pencitraan sah. Namun, bila dipakai untuk membentuk kesan dia sebagai seorang demokrat sejati, itu sangat bermasalah," ujarnya.
RAYMUNDUS RIKANG
Berita Lain
Golkar Gabung Pemerintah,Fadel Kasihan Pada Jokowi
PAN dan PPP Siap Beri Kursi ke Koalisi Jokowi
Perahu TNI AL Terbalik di NTT, Tiga Tewas
Ini Tokoh Dunia yang Pernah Temui Jokowi