TEMPO.CO, Jakarta -Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya, memprediksi indeks saham menguat secara terbatas selama pekan depan. Penguatan ini terjadi dalam bentuk technical rebound dalam pola sideway, yakni konsolidasi sebelum kembali reli.
"Terbatas karena belum melanjutkan penguatan ke arah uptrown dalam jangka pendek," kata William saat dihubungi Tempo, Sabtu, 11 Oktober 2014. Laju pergerakan Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) diperkirakan mencapai rentang 4.933 hingga 5.101.
Karena data perdagangan dalam negeri telah keluar semua, kata William, hal itu menyebabkan pergerakan saham minim sentimen. Kendati demikian, untuk tekanan indeks turun kembali diperkirakan masih kecil. Menurut William, terbatasnya kenaikan indeks juga disebabkan oleh penguatan dolar yang berimbas ke mata uang lain.
"Satu minggu ini outflow lebih banyak ke dolar, satu minggu lebih ke dolar. Minim sentimen menyebabkan penguatan dolar," kata Wiliiam. Penguatan mata uang Amerika itu juga dipicu kebutuhan dolar untuk membayar hutang yang makin tinggi menjelang akhir tahun. (Baca: Golkar Pimpin DPR, Investor Rame Borong Dolar AS).
William membantah bahwa pelantikan Presiden JokoWidodo mempengaruhi indeks. "Kalau pun naik itu wajar karena sudah turun dalam," kata William.
Menurut William, saat ini kondisi politik masih tergolong stabil. "Negara kita tidak kacau, data ekonomi masih cukup bagus. Current account saja yang cukup diwaspadai." (Baca: Chairul Siap Potong Kuping, Bila...).
William memprediksi, sentimen politik yang mempengaruhi indeks adalah saat Joko Widodo memasuki 100 hari pertama menjadi presiden. Pasar akan melihat apakah Jokowi, panggilan akrab Widodo, menepati janjinya pada saat kampanye politik atau tidak.
Berbeda dengan William, ekonom Standard Charterd, Fauzi Ichsan, menyatakan posisi indeks mencapai level 5.200 dan rupiah berada di posisi Rp 12.000 jika pelantikan Joko Widodo berjalan mulus. "Tetapi jika ada deadlock dan koalisi merah putih berencana mengganjal pemerintah, rupiah bisa jatuh Rp 13.000," kata Fauzi. (Baca: Dirut BEI Optimistis Jokowi Tak Dijegal DPR).
Menurut Fauzi, pasar masih khawatir dengan sentimen politik dalam negeri. Sejak Undang-Undang Pilkada melalui DPRD disahkan dan DPR dikuasai oleh koalisi pro-Prabowo, banyak investor luar negeri panik.
"Mereka khawatir program Jokowi akan dijegal dan dimakzulkan dalam dua tahun," kata Fauzi, "Situasi yang sekarang terjadi hampir semua berita politik itu negatif. Ini yang menjadi alasan mengapa bursa saham dan rupiah anjloknya tajam."
ALI HIDAYAT
Terpopuler
Jadi Biang Walk-Out, Ini Sanksi SBY Buat Nurhayati
Pembelaan Ibas SBY Soal Tudingan Main Proyek
Jadi Tangan Kanan Prabowo, Aburizal Enggan Mundur
Disfungsi Ereksi, Pria Ini Masukkan Baja ke Penis