TEMPO.CO , Jakarta:Institut Pertanian Bogor membidik anak-anak muda menjadi petani. Menurut Direktur Kebijakan Pertanian, Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian, IPB, Suryo Wiyono, saat ini profesi petani tak lagi menarik bagi anak muda. Padahal petani muda diharapkan mampu mengembangkan sektor pertanian dengan menerapkan teknologi pertanian terkini. (Baca : Petani Ingin Pemerintah Tidak Angin-anginan)
Anak-anak muda ini, kata Suryo, akrab dengan teknologi internet dan dilengkapi dengan gadget canggih. "Kami mulai dengan petani muda yang sudah banyak memiliki smartphone, jika ada masalah dengan tanamannya mereka bisa langsung menanyakan lewat jaringan internet ke IPB," kata dia di Bandung, Sabtu 11 Oktober 2014. (Baca : Suswono Setuju Pertanian dan Perikanan Digabung)
Menurut Suryo, pertanian adalah sektor yang menjanjikan jika sokongan teknologinya kuat. Teknologi informasi misalnya bisa dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan bertani efisien dengan mengorganisri mekanisasi menanam padi. "Membajak, menanam, dan breeding itu sudah ada teknologi supporting IT, termasuk untuk memudahkan identifikasi masalah penyakit dan tanah," kata dia.
Manager Advokasi dan Jaringan, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Said Abdullah mengatakan, berdasarkan data, hanya sedikit anak muda yang tertarik menjadi petani. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik 2013 terdata 61,86 persen (16,16 juta orang) petani berumur di atas 45 tahun, 26 persen (6,8 juta orang) petani berada di usia 35-44 tahun, dan sisanya hanya 12 persen yang berusia kurang dari 35 tahun. "Ini pekerjaan rumah terbesar untuk mendorong anak muda menjadi petani ke depan," kata dia.
Untuk menarik minat pemuda, tak cukup hanya membuat pekerjaan petani itu keren. Pemerintah dan lembaga akademis perlu juga membuat strategi menjadikan sektor pertanian sebagai penggerak utama pembangunan. Dia mengkritik kebijakan pemerintah di sektor pertanian lewat subsidi pupuk dan benih yang dinilainya tidak tepat.
Di Bandung, sejumlah anak muda sebenarnya sudah menggagas komunitas @gritektur. Mereka rutin menggelar Parapa, atau Pasar Para Petani setiap hari Selasa dan Sabtu di salah satu cafe di Jalan Mataram di Bandung. Penggagas komunitas itu, Ronaldiaz Hartantyo mengatakan, sudah ada 20 petani yang rutin datang ke acara itu berdagang beras, sayur organik, anggrek, kobucha, hingga blueberry.
AHMAD FIKRI
Berita Terpopuler
Prabowo: Saya Jaga Petinggi Koalisi di Penjara
Begini Saduran Wawancara Hashim Djojohadikusumo
Kata Prabowo Soal Wawancara Hashim Djojohadikusumo
AJI Minta Hashim Buktikan jika Ada Berita Keliru
Jadi Biang Walk-Out, Ini Sanksi SBY Buat Nurhayati