TEMPO.CO, Denpasar: Sawah, desa dan pura adalah kombinasi yang menjadikan perjalanan bersepeda di Bali makin popular terutama di kalangan turis asing. Menyusuri jantung pulau Bali dari sisi utara ke selatan, antara Kintamani, Bangli dan Gianyar melintang jalan-jalan yang menghubungkan wilayah itu. Semuanya menawarkan aroma yang hampir sama, hamparan pesawahan dan perkampungan khas Pulau Dewata. Pada Ahad akhir bulan lalu Tempo mencoba satu jalur yang digagas oleh Bali Bike Baik, sebuah operator wisata sepeda di Bali yang bermarkas di kawasan Ubud.
Acara tur diawali dengan kunjungan ke kebun kopi di daerah Susut, perbatasan Bangli dan Kintamani. Ini adalah atraksi pembuka sebelum acara gowes dimulai. Pagi itu setelah berkumpul di markas Bali Bike, Tempo dan sembilan wisatawan lainnya dibawa dengan mobil mengunjungi kebun agrowisata itu. Pemandu kami yang bernama Gede, mengenalkan tanaman kopi, biji kopi hingga pengolahannya. Gede juga memperkenalkan luwak, hewan mirip kucing yang membuat kopi menjadi komoditas berharga selangit. Beberapa wisatawan Australia tertegun takjub mendengar cerita bagaimana seekor luwak bisa menyulap biji kopi biasa menjadi 'luarbiasa' berkat enzim yang terkandung di pencernaannya.
Penutup dari kunjungan kami di kebun adalah mencoba sajian berbagai olahan kopi, yang terdiri dari kopi luwak, kopi ginseng, kopi jahe dan kopi santan. Yang jelas semuanya maknyus hingga aneka kopi di gelas-gelas kecil itu tandas tak bersisa.
Setelah mampir sebentar ke Kintamani untuk menengok Gunung Batur, kami menuju titik start di Desa Suluhan, Bangli. Acara gowes dimulai di satu lapangan tempat awak Bali Bike menyiapkan puluhan sepeda gunung yang bisa dipilih secara suka-suka.
Gede memberi pengantar singkat soal medan yang akan ditempuh, lama perjalanan serta teknik cara pemakaian perseneling dan rem sepeda. Hal ini penting karena para peserta tur tidak semua penggila sepeda. Setelah melakukan pemanasan ringan dengan berputar-putar di lapangan rombongan kami pun memulai perjalanan.
Pada genjotan awal, kami sudah disuguhi jalan menurun, sehingga cukup dengan kayuhan kecil saja sepeda sudah bergerak sendiri. Jalan aspal mulus membuat sepeda langsung melaju kencang meliuk-liuk di antara kebun dan dusun-dusun kecil. Lima belas menit pertama kami memasuki kawasan permukiman. Disambut salam dari anak-anak kecil kami berhenti di sebuah pura. Pemandu dengan gesit memberi penjelasan kepada peserta hal ihwal arsitektur, pemaknaan bangunan, simbol-simbol dan tata cara persembahyangan di pura itu.
Perjalanan dilanjutkan. Keluar dari perkampungan kami memasuki kawasan pesawahan yang luas. Jalan mulus membelah hamparan padi di kiri-kanan jalan. Di beberapa titik tampak terasering sawah menyisir tebing berbukit, menciptakan pola garis-garis pematang yang menawan. Inilah pemandangan 'klasik' Bali yang diminati wisatawan mancanegara.
Pemandu mengajak kami berhenti untuk mengamati aktivitas para petani yang sedang memanen padi. Jika mau, kita bisa mencoba menyabit padi untuk sejenak merasakan senangnya jadi petani saat panen. Setelah puas berfoto, kami meninggalkan kerumunan petani itu untuk kembali meluncur menyusuri jalan desa.
Secara umum desa-desa di jalur lintasan sepeda relatif seragam. Pemukiman warga yang rapih dengan pura-pura di setiap banjar atau dusun. Jalur yang kami lintasi membentang melalui lima desa di wilayah Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, yaitu Suluhan, Susut, Abuan serta Apuan dan berakhir di Jalan Bukit Jati, pinggiran Kota Gianyar.
Sepanjang perjalanan pesepeda dimanjakan dengan turunan terus-menerus dari titik start hingga finis. Ini memang rute bersepeda yang sangat fun. Tercatat hanya ada satu tanjakan panjang--sekitar 500 meter--ketika melintasi kali di wilayah Desa Abuan. Total jarak tempuh sepeda sekitar 20 kilometer dengan durasi waktu 2 jam.
Dari titik finis kami dijemput dengan mobil dan dibawa kembali menuju markas Bali Bike untuk makan siang. Ini adalah acara penutup dari rangkaian tur bersepeda selama setengah hari. Di pendopo seluas 80 meter persegi kami larut bersama sekitar 30 wisatawan gowes lainnya menyantap masakan khas Bali. "Ini belum semua kumpul, ada 20 orang lagi yang masih di jalan", kata Wayan Sujana sang pemilik Bali Bike Baik. Pada musim liburan seperti Juni-Juli pegowes bisa membludak sampai 100 orang per hari. Wayan menegaskan bahwa turis asing makin menggemari wisata sepeda, karena selain menyenangkan mereka juga bisa melihat dan merasakan lebih dekat suasana pedesaan di Bali.
GILANG RAHADIAN
Berita Terpopuler
Prabowo: Saya Jaga Petinggi Koalisi di Penjara
Begini Saduran Wawancara Hashim Djojohadikusumo
Kata Prabowo Soal Wawancara Hashim Djojohadikusumo
AJI Minta Hashim Buktikan jika Ada Berita Keliru
Jadi Biang Walk-Out, Ini Sanksi SBY Buat Nurhayati