TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah kembali melemah ke level 12.222 per dolar Amerika pada penutupan perdagangan akhir pekan kedua Oktober 2014 karena pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi, yang menganggap masalah yang sedang melanda perekonomian Eropa bersifat struktural. (Baca: Kurs Rupiah Bertahan di Level 12.222)
Analis dari Monex Investindo Futures, Daru Wibisono, mengatakan faktor politik di dalam negeri turut mempengaruhi rupiah sulit kembali ke level Rp 12.000 per dolar AS. Pasalnya, investor bersikap menunggu dan enggan mengakumulasi aset bernilai rupiah hingga ada kepastian stabilitas politik. “Dua pekan terakhir, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh faktor politik dalam negeri,” ujarnya kepada Tempo.
Sebagaimana diketahui, seusai pengesahan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah dan pemilihan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat beberapa waktu lalu, bursa saham dalam negeri dan rupiah memang cenderung bergerak melemah.
Investor yang khawatir kinerja pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo bakal terganggu oleh manuver koalisi pro-Prabowo akan mengalihkan minat investasinya pada aset-aset safe haven, seperti dolar dan yen. Berselang dua pekan belakangan, dalam perdagangan indeks harga saham gabungan tercatat lebih dari 8 triliun dana asing melenggang keluar dari lantai bursa. (Baca: Situasi Politik Memanas, Rupiah Ditutup Melemah)
Menurut Daru, pelemahan rupiah turut dipengaruhi oleh sikap otoritas moneter Bank Indonesia yang belum juga mengeluarkan pernyataan resmi soal posisi aman rupiah. “Saat ini tak ada yang mampu menenangkan investor selain pernyataan BI mengenai posisi psikologis rupiah,” ujarnya.
Ada kemungkinan rupiah masih akan bergerak pada level 12.150-12.250 per dolar Amerika. “Update postur kabinet boleh jadi akan berdampak positif bagi pergerakan rupiah,” tuturnya.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Golkar Gabung Pemerintah,Fadel Kasihan Pada Jokowi
PAN dan PPP Siap Beri Kursi ke Koalisi Jokowi
Amir Syamsuddin: Nurhayati Sudah Diberi Sanksi