TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia banyak mengirim tenaga kerja dari berbagai bidang pekerjaan ke luar negeri. Di antaranya, ahli konstruksi, hospitality, kesehatan, dan pertambangan. Dari bidang-bidang keahlian itu, sektor konstruksi dan migas ternyata paling banyak menghasilkan devisa.
"Satu orang pada sektor itu bisa menghasilkan devisa US$ 7-14 ribu per tahun," ujar Direktur Promosi BNP2TKI Anjar Prihantono di Kementerian Perdagangan, Senin, 13 Oktober 2014. (Baca: Buntut ISIS, Lamongan Data TKI di Timur Tengah)
Anjar menyatakan permintaan TKI profesional saat ini makin besar kendati yang lebih sering disorot adalah tenaga kerja domestik (rumah tangga dan kurang terampil). "Tenaga kerja kita di Malaysia yang unskilled itu hanya sedikit. Justru posisi-posisi senior itu banyak diisi oleh orang Indonesia," ujarnya.
Menurut Anjar, permintaan dunia untuk tenaga kerja terampil asal Indonesia terus diterimanya. Dalam Trade Expo Indonesia yang digelar pekan lalu, misalnya, sejumlah negara mendaftarkan permintaan kebutuhan TKI hingga 11.800 tenaga kerja. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 4.700 tenaga kerja. "Permintaan tersebut didominasi oleh sektor hospitality dan konstruksi," katanya. (Baca: BNP2TKI: 40 Persen TKI Belum Bisa Pulang Mandiri)
Anjar berharap ke depannya sektor pelayanan jasa TKI ini semakin berkembang. Selanjutnya, mereka dapat kembali ke Tanah Air dan mengembangkan kewirausahaan di daerah-daerah. "Saya berharap, setelah sukses, mereka bisa kembali ke Indonesia dan membangun serta mengembangkan daerahnya melalui industri kreatif dan industri lainnya," katanya.
PINGIT ARIA
Terpopuler:
Di Yogya, Zuckerberg Coba Facebook di Pos Ronda
Pengganti Ahok Mantan Koruptor, Ini Kata Gerindra
Video Penganiayaan Murid SD di Bukittinggi Beredar
Di Yogya, Bos Facebook Selfie Bareng Ibu-ibu
Pemuda Ini Diajak Bos Facebook Bertemu Jokowi