TEMPO.CO , Jakarta:Meski tak lagi menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, tak mengendorkan semangat Nova Riyanti Yusuf untuk terus berkarya. (Baca: Noriyu Nyebur ke Kolam untuk Tunaikan Kaul)
"Ada situasi yang membuat saya menguras energi selama berada atau menjadi anggota DPR. Dulu saya kreatif dalam setahun bisa bikin lebih dari dua buku. Setelah saya lima tahun berada di DPR, sungguh enggak bisa lagi menyalurkan inspirasi menulis. Terkuras dengan berbagai tugas rutinitas anggota dewan termasuk melayani hal-hal yang 'mengerikan'," kata wanita yang biasa disapa Noriyu ini bergidik.
Menurut dia, 'hal mengerikan' adalah selama di gedung dewan, Noriyu sering didatangi orang yang tak dikenal minta ini itu yang ujung-ujungnya adalah duit.
"Makanya, saya sangat jarang menyambangi ruangan saya, sebab di situ saya sering didatangi orang-orang seperti ini," katanya prihatin.
Noriyu yang sempat memipin Komisi IX selama jadi anggota DPR RI priode 2009-2014 ini mengaku ada kelegaan setelah tak lagi jadi anggota dewan. Setidaknya, membuat dia bisa meluncurkan buku terbarunya 'A Rookie & The Passage of The Mental Health Law; The Indonesian Story' di Restoran Bunga Rampai, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pekan lalu.
Melalui buku ini, ia mengatakan. "Seperti sebuah memoar seorang Noriyu yang menuliskan pengalaman trial error mengawal UU Kesehatan Jiwa, dari waktu ke waktu hingga disahkan 8 Juli 2014. Saya bahagia buku ini menjadi jawaban atas banyaknya pertanyaan mengenai cara memulai inisiatif sebuah Undang Undang," kata Noriyu. (Noriyu Acungkan Dua Jari Setelah Nyebur ke Kolam)
Menurut wanita kelahiran Palu, Sulawesi Tengah, 27 November 1977 ini, melalui bukunya menuliskan juga pengalaman personalnya sebelum memulai inisiatif UU.
"Kalau mau jujur pesan politiknya supaya bisa menjadi alat perjuangan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik asal dibarengi dengan niat, kerja keras dan semangat yang tak pernah kendor, he he he," ujarnya bernada terbahak.
Noriyu sengaja menulis bukunya ini dalam Bahasa Inggris. "Ini cara saya menunjukkan nasionalisme, yaitu berupaya menghapus stigma Indonesia sebagai pelanggar HAM dengan bicara mengenai upaya serius negara meniadakan pelanggaran HAM kepada orang-orang dengan gangguan jiwa. Buku ini menjadi ‘undangan’ ke banyak acara dan organisasi internasional," kata Noriyu.
Buku ini diterbitkan Gramedia Pustaka Utma dan juga tersedia dalam format e-book dan dijual di Amazon.com. Kemudian bukunya, juga dijual dalam bentuk cetak dengan sistem POD (Print on Demand) melalui situs web gramediana.com. Menurut penulis buku Just Alvin episode Indonesia's Female Writers bersama Dewi Lestari dan Djenar Maesa Ayu ini untuk versi Bahasa Indonesianya, buku terbarunya akan tersedia di toko-toko buku mulai Januari tahun depan.
"Bagi saya, dalam skala nasional, eksistensi UU Kesehatan Jiwa ini juga perlu terus digaungkan. Sebab, meski UU ini sudah resmi berlaku pada 8 Agustus 2014, masih dibutuhkan kepedulian pemerintah untuk segera membuat peraturan turunan dan implementasi total."
Mantan alumni Fakultas Kedokteran Umum, Universitas Trisakti angkatan tahun 1995 ini juga menuturkan.
"Saya meyakini politik sebagai alat perjuangan, bukan zona nyaman yang jadi tujuan hidup. Pengalaman saya mengawal UU Kesehatan Jiwa membuka kesempatan baru. Syukur alhamdulilah, saya terpilih sebagai satu dari 5 Most Powerful Women versi majalah Her World Indonesia yang diundang menjadi peserta program visiting scholar di Harvard Medical School, Departement of Global Health and Social Medicine mulai Januari 2015," ungkapnya panjang lebar. (Baca: Polisi Periksa Saksi Teror di Rumah Kader Demokrat)
HADRIANI P
Terpopuler
Kongres Fotografi Indonesia 2014 Diresmikan
Frankfurt Book Fair 2014, Kebangkitan Intelektual
Tas Karpet Ngetren Lagi
Perlunya Branding bagi Orang Kota