TEMPO.CO, La Paz - Menurut hitungan tak resmi, hasil pemilihan umum di Bolivia, Ahad, 12 Oktober 2014 menunjukkan bahwa Evo Morales terpilih kembali menjadi presiden untuk ketiga kalinya.
Morales, yang berasal dari suku bangsa Aymara dari kawasan miskin Andean Bolivia, memperoleh 59,5 persen suara dalam pemilihan umum yang digelar pada Ahad, 12 Oktober 2014. Dia mengalahkan rival beratnya, Samuel Doria Medina, yang hanya mendapatkan 25,3 persen suara. "Suara yang masuk dalam hitungan cepat 84 persen," ujar Ipos, perusahaan hitung cepat kepada televisi ATB.
Koresponden Al Jazeera, Lucia Newman, melaporkan dari La Paz, para pendukung Morales, tampak gembira sambil mengibarkan bendera, membakar petasan, kembang api, dan menyanyikan beragam lagu untuk merayakan kemenangannya. "Morales yang berjuang keras demi keterpurukan negaranya menyampaikan pidato kepada pendukungnya dari atas balkon," ujar Newman.
"Dia mengucapkan terima kasih atas dukungan mereka untuk berjuang demi kebebasan dan bersumpah melanjutkan perlawanan terhadap imperealisme dan kapitalisme. Morales juga mengatakan pada masa jabatan ketiga kalinya ini, dia akan membangun listrik bertenaga nuklir untuk tujuan damai serta mengambalikan Bolivia sebagai pusat energi."
Morales, yang juga seorang bekas petani ini, berjanji akan memperkuat sosialisme sebagai pemegang kekuasaan negara dalam mengelola gas demi perekonomian negara.
Pertumbuhan ekonomi Bolivia saat ini mencapai rata-rata lima persen per tahun. Angka ini di atas negara-negara di Amerika Latin. Pemilihan Umum Bolivia diikuti oleh sekitar enam juta pemilih. Mereka pada Ahad, 12 Oktober 2014 berbondong-bondong ke bilik suara untuk mencoblos presiden pilihannya. Dalam sebuah jajak pendapat sebelum pemilu, Bolivia meraih dukungan 40 persen, melebihi para pesaingnya.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Topik terhangat:
Mark Zuckerberg | Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Pengganti Ahok Mantan Koruptor, Ini Kata Gerindra
Video Penganiayaan Murid SD di Bukittinggi Beredar
Gerindra Usut Pengkhianatan Kadernya di Pilpres