TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, mengatakan gaya parodi yang mem-bully Bekasi mirip kisah Mati Ketawa Cara Rusia. Keduanya sama-sama merupakan pengungkapan protes dan kritik kondisi sosial kota kepada pemerintah melalui gambar parodi.
"Tapi bukan berarti jadi mati ketawa cara Bekasi. Ini hanya autokritik ke pemerintah Bekasi soal apa yang mereka rasakan," kata dia saat dihubungi Tempo, Ahad, 12 Oktober 2014. (Baca: Di Twitter, Warga Tantang Pemkot Bekasi Benahi Diri)
Mati Ketawa Cara Rusia adalah buku yang menjadi best seller pada 1983. Buku itu merupakan anekdot untuk menggambarkan sulitnya memprotes ketidakpuasan kinerja pemerintah di masa komunisme ala Brezhnev.(Baca: Bekasi Dirisak, Pemkot Bekasi Galang Dukungan)
Gaya parodi demikian, kata Yayat, menjadi ide baru untuk mengkritik pemerintah tanpa menimbulkan sakit hati sehingga menimbulkan kesan lucu dan mudah disebarkan para pengguna sosial media. Dengan demikian, kritik tersebut mampu menarik perhatian semua kalangan, termasuk pemerintah.
"Kritik serupa berpotensi terjadi di kota-kota lain. Meski sifatnya biasa-biasa saja, tapi harus ditanggapi serius sama pemerintah," ujar Yayat.
Beberapa meme parodi tentang Bekasi, antara lain Bekasi terletak di luar bumi, peta Bekasi dijual terpisah dari peta Indonesia, dan letaknya jauh sehingga harus naik roket. Selain itu, ada pula yang menyatakan kalau jalan sudah rusak berarti sudah masuk Bekasi, panas di atas normal, dan sebagainya. (Baca juga: Dirisak, Pemkot Bekasi Mestinya Langsung 'Action')
DEWI SUCI RAHAYU
Berita Lain
Ditekuk Australia 1-0, Timnas U-19 Tersingkir
Timnas U-19 Gagal Lolos, Evan Dimas Minta Maaf
Begini Reaksi Netizen Soal Kekalahan Timnas U-19