TEMPO.CO, Lumajang - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Muhamad Hendrasto mengatakan pertumbuhan kubah lava di kawah Jonggring Seloka, Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, semakin intensif hingga pertengahan Oktober 2014. "Sejak September makin intensif pertumbuhan kubah lava," ujar Hendrasto pada Selasa pagi, 14 Oktober 2014.
Hendrasto mengatakan fenomena ini dipicu oleh naiknya magma ke permukaan (kawah Jonggring Seloka). Desakan dari magma yang naik ke permukaan mengakibatkan seringnya guguran lava pijar menuju Besuk Bang dan Besuk Kembar, dua daerah aliran lava Gunung Semeru. Hal inilah yang membuat adanya peningkatan gempa letusan hingga empat kali lipat pada September dibandingkan dengan Agustus.
Namun, Hendrasto mengatakan hanya letusan-letusan kecil saja yang terjadi di bulan September. Gempa letusan ini terekam dalam seismograf di Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Berdasarkan data laporan bulanan terkait aktivitas vulkanik gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut ini, selama bulan Agustus lalu gempa letusan tercatat sebanyak 65 kali. Namun selama bulan September, gempa letusan tercatat sebanyak 260 kali. Selain itu, jika selama Agustus tidak teramati adanya gempa tremor harmonik, maka pada September tercatat dua kali gempa tremor harmonik.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur Suparno mengatakan berdasarkan pengamatan secara visual dan seismik, status aktivitas Semeru masih di level waspada. Dia menyarankan warga yang bermukim di sekitar Daerah Aliran Sungai Besuk Bang, Besuk Kembat, dan Besuk Kobokan mewaspadai bahaya awan panas guguran yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
"Secara visual teramati kubah lava di kawah Jonggring Seloka sudah penuh," kata Suparno dalam laporan tertulisnya untuk Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Sewaktu-waktu, kata Suparno, kubah lava tersebut bisa longsor dan terjadilah awan panas guguran yang sangat berbahaya bagi manusia. "Apabila ada tekanan dari dalam yang sangat kuat, dapat terjadi semburan material pijar yang membahayakan pendaki," ujarnya. Suparno menyarankan pendaki hanya sampai batas Kalimati.
DAVID PRIYASIDHARTA
Berita lain:
Sri Mulyani Calon Menteri, DPR: Rakyat Dikibuli
Kabinet Jokowi, Nama Sri Mulyani dan Jonan Mencuat
Tak Lagi Jubir KPK, Johan Budi Naik Pangkat
Zuckerberg ke Jokowi, Blusukan Itu Apa?