TEMPO.CO, Bojonegoro - Bencana kekeringan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meluas ke 17 dari 28 kecamatan. Debit air di aliran Sungai Bengawan Solo dan Waduk Pacal juga terus menyusut. “Kami mencari air di sendang,” ujar Kiswanto, penduduk Kecamatan Tambakrejo, kepada Tempo, Selasa, 14 Oktober 2014. Kondisi itu diperkirakan akan terus bertahan hingga puncak kemarau yang diprediksi berakhir Oktober ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro menyebutkan 17 kecamatan yang dilanda kekeringan itu sebagian besar berada di Bojonegoro bagian selatan, yaitu Kedewan, Sugihwaras, Kedungadem, Sukosewu, Tambakrejo, Balen, Kasiman, Ngasem, Baureno, Trucuk, Kepohbaru, Dander, Ngraho, Bubuan, Malo, Tambakrejo, dan Margomulyo.
Kiswanto mengatakan Tambakrejo memang langganan kekeringan saban kemarau. Selain lokasinya jauh dari Sungai Bengawan Solo, embung-nya pun terbatas. Jadi, masyarakat selalu menghadapi masalah serupa setiap kemarau datang.
Sedangkan beberapa bagian Bengawan Solo yang mengering digunakan anak-anak untuk bermain bola. Palung sungai tersisa sekitar lima-sepuluh meter dari musim hujan yang biasanya mencapai 30 meter.
Kondisi tak jauh berbeda juga terjadi di Waduk Pacal. Debit air waduk di Kecamatan Temayang ini tak lebih dari 4-5 juta meter kubik. Dalam keadaan normal, waduk peninggalan pemerintah kolonial Belanda pada 1933 itu bisa mengairi 12 ribu hektare areal pertanian. (Baca: Atasi Kekeringan, Kanal Zaman Belanda Difungsikan)
Kepala BPBD Bojonegoro Amir Syahid mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta untuk memberi bantuan air bersih ke daerah yang kekeringan. “Sudah didrop sejak dua bulan lalu,” ujarnya kepada Tempo, Selasa, 14 Oktober 2014.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro membuat program seribu embung untuk mengatasi kekeringan. Saat ini sudah ada sekitar 150 embung yang dibangun. (Baca: Bojonegoro Bangun Danau Buatan Berlapis Geomembran)
SUJATMIKO
Berita lain:
Sri Mulyani Calon Menteri, DPR: Rakyat Dikibuli
Kabinet Jokowi, Nama Sri Mulyani dan Jonan Mencuat
Fahri Hamzah Kritik Popularitas Jokowi di Internet