TEMPO.CO, Solo - Pegiat transportasi perkotaan di Surakarta menilai Batik Solo Trans belum menjadi pilihan utama masyarakat. Salah satu sebabnya adalah belum ada nilai tambah yang dapat dinikmati masyarakat.
Nilai tambah yang dimaksud, menurut Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Solo Budi Yulianto, adalah akses khusus Batik Solo Trans. "Kami mengusulkan Batik Solo Trans berjalan melawan arus atau contraflow di Jalan Slamet Riyadi, sehingga ada keuntungan yang didapatkan penumpang," katanya, Rabu, 15 Oktober 2014.
Keuntungan tersebut adalah bisa menuju satu titik tertentu tanpa harus berjalan memutar. Saat ini di Jalan Slamet Riyadi ,mulai perempatan Gendengan sampai Gladag, diberlakukan arus satu arah, yaitu dari barat ke timur.(Baca : Awal Mei, Bandara Adi Soemarmo Dilengkapi Angkutan Bus)
Karena itu, masyarakat harus memutar jika hendak ke lokasi tertentu di sekitar jalan tersebut. "Tapi jika Batik Solo Trans dibuat melawan arus, maka tidak perlu memutar. Akan lebih cepat sampai di lokasi," katanya.
Batik Solo Trans, kata Budi, bisa menggunakan rel yang berada di bagian selatan jalan. Dia menilai, dengan kelebihan tersebut, Batik Solo Trans akan lebih diminati masyarakat. Dengan begitu, pada akhirnya, masyarakat memilih memakai moda transportasi umum daripada kendaraan pribadi.
Dia berharap pemerintah Surakarta mempertimbangkan usul membuat Batik Solo Trans berjalan melawan arus di Jalan Slamet Riyadi. "Ini terobosan agar masyarakat beralih ke angkutan umum," katanya.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Surakarta Yosca Herman Soedrajad menyatakan akan mempertimbangkan usul tersebut. "Kami harus melakukan pengkajian dulu," ucapnya.
Menurut dia, bukan perkara mudah mengalihkan jalur Batik Solo Trans. Sebab, pihaknya harus berkonsultasi dengan PT Kereta Api Indonesia selaku pemilik jalur kereta api. Pihaknya juga harus menambah bus agar tetap bisa melayani masyarakat di rute asli.
Batik Solo Trans yang melayani koridor 1 selama ini melewati Jalan Slamet Riyadi, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Bhayangkara, Jalan Dr Radjiman, dan kembali ke Jalan Slamet Riyadi.(Baca : Masuk Bandara Adi Soemarmo, Damri Mengaku Rugi)
Saat dimintai konfirmasi, Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VI Yogyakarta Bambang S. Prayitno menegaskan, jalur kereta tidak bisa dilewati kendaraan selain kereta api. "Khusus untuk kereta api. Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian," katanya.
Ia mengatakan jalur kereta di pinggir Jalan Slamet Riyadi masih aktif. Rambu-rambunya juga masih terpasang. Karena itu, sangat berbahaya jika dipakai kendaraan selain kereta.
Selain itu, dia khawatir, jika Batik Solo Trans diperbolehkan melintas, pengguna jalan lain akan terdorong untuk melakukan hal serupa.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita Terpopuler
Ngopi Bareng Ical, Ini Isi Pebincangan Jokowi
Tahir Beri Megawati Penghargaan dan Uang Rp 1 M
Jokowi Ajukan Satu Pertanyaan ke Ical
Analisis Perubahan PAN dan PKS di Koalisi Prabowo