TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan momentum pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia menjadi penuntas drama politik berkepanjangan sejak pemilu legislatif pada April 2014.
"Pelantikan itu akan meredam suasana kompetisi sengit yang terlanjur tercipta sejak pemilu presiden," kata Hamdi saat dihubungi Tempo, Kamis, 16 Oktober 2014. (Baca: Hampir 25 Ribu Polisi Amankan Pelantikan Jokowi)
Menurut Hamdi, pesta demokrasi di Indonesia tahun ini seakan menyisakan perseteruan tajam antar-kedua pasang kandidat. Bahkan, kata Hamdi, kompetisi berlanjut saat pemilihan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Gambaran situasi politik yang kurang kondusif itu harus diakhiri melalui kesediaan menghadiri pelantikan Jokowi dan Jusuf Kalla pada Senin, 20 Oktober.
Hamdi mengatakan seyogianya semua pihak yang terlibat dalam pesta demokrasi lalu datang ke pelantikan presiden dan wakil presiden. Ini tidak terkecuali pimpinan partai politik, mantan presiden dan wakil presiden, serta tokoh-tokoh bangsa.
Sebab, Hamdi menambahkan, rakyat Indonesia menantikan pemimpin dan elite partai politik bergandengan tangan untuk memajukan Indonesia. "Pemimpin bangsa bisa menunjukkan pada masyarakat bila tak ada lagi persaingan," kata Hamdi. (Baca: Jokowi Boyong 60 Orang Keluarganya ke Pelantikan)
Senin pekan depan, 20 Oktober 2014, Jokowi dan JK akan dilantik menjadi presiden dan wakil presiden. Mereka akan diambil sumpahnya di hadapan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Beragam acara sudah disiapkan untuk pasangan dari poros Koalisi Indonesia Hebat itu.
Acara ini mulai dari arak-arakan dengan kereta kencana, pesta rakyat di Monumen Nasional, hingga pelepasan ribuan lampion.
RAYMUNDUS RIKANG
Berita Terpopuler:
Ini Kata JK Soal Sri Mulyani Jadi Calon Menteri
Lukman Hakim Jadi Bintang di Muktamar PPP
Dikunjungi Mbah Moen, Jokowi: Sinyal Koalisi Kuat
Perpu Pilkada Bisa Hambat Ahok Jadi Gubernur?
Menantu Hendropriyono Jadi Danpaspamres Jokowi