TEMPO.CO, Jakarta -Selama 21 hari Giman memenuhi nazarnya. Berbekal beberapa lembar baju dan uang Rp 1 juta hasil sumbangan teman-temannya, penjual kue putu di Wonogiri, Jawa Tengah, ini berangkat sejak 21 September 2014: berjalan kaki menuju Jakarta dari Malang, kota asalnya. “Sampai Jakarta 12 Oktober,” kata Giman di posko Bara JP, Jalan Bhineka 3, Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, Ahad, 19 Oktober 2014.
Ribuan kilometer Giman melangkahkan kaki kecilnya di atas aspal. Kulit telapak kakinya menebal. Tubuh kecil dan kurus itu menempuh ribuan kilometer. Pria berusia 38 tahun ini meninggalkan pekerjaan yang telah digelutinya selama 23 tahun sebagai penjual kue putu.
Menjelang malam Giman menumpang tidur di kantor polisi atau masjid yang dia temui. Dukungan dari relawan sesekali dia dapatkan. "Pernah ada relawan ngajak saya tidur di hotel," kata Giman. "Dia mungkin kasihan lihat saya tidur di kantor polisi."
Nazar Giman tak lepas dari kesulitan hidup yang dia hadapi. Dari usaha berjualan kue putu di Wonogiri, Jawa Tengah, itu Giman memenuhi kebutuhan istri dan empat anaknya. Hasil usahanya tak cukup untuk menyekolahkan anak-anaknya. Putra pertama Giman, Sutrisno,14 tahun, terpaksa putus sekolah. Jebolan kelas 4 SD itu kini membantu ibunya menjual jamu. "Kasihan bapak, mau bantu ibu jualan jamu saja supaya adik bisa sekolah," kata Giman menirukan Sutrisno.
Beruntung, ketiga adik Sutrisno masih mengenyam bangku sekolah. Anak kedua Giman duduk di bangku kelas 1 SMP, anak ketiga dan keempat Giman duduk di bangku sekolah dasar. "Saya ingin mereka semua sekolah sampai selesai. Sampai kuliah. Jangan kayak saya yang enggak pernah sekolah," kata Giman.
Nazar Giman tak lepas dari kekagumannya kepada Jokowi. Sosok mantan Wali Kota Surakarta ini sederhana dan merakyat. "Saya kagum pas liat Pak Jokowi mau masuk gorong-gorong," kata Giman. Dari rasa simpati ini Giman bernazar, berjalan kaki menuju Jakarta jika Jokowi terpilih. (Baca: SBY Lengser, Warga Pacitan Gelar Pesta Rakyat)
Dia menggantungkan harapan kepada Jokowi. Seluruh anak Indonesia tak mengalami nasib seperti anaknya, yang putus sekolah di kelas 4 SD. "Saya ingin semua anak Indonesia bisa sekolah," kata Giman. (Baca:Temui Jokowi, Tukang Putu Jalan Kaki dari Malang)
DEVY ERNIS