TEMPO.CO, Berkeley - Sejak beberapa tahun yang lalu para ahli memprediksi akan tiba masanya Kutub Utara dan Kutub Selatan bertukar posisi. Saat itu ilmuwan memprediksi peristiwa itu akan terjadi sekitar 2.000 hingga 6.000 tahun yang akan datang. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa pertukaran kedua kutub akan terjadi dalam waktu kurang dari seratus tahun. Akibat perpindahan kedua kutub ini juga akan membahayakan bumi dan manusia.
Fakta itu ditemukan saat ilmuwan dari University of Carolina di Berkeley, Amerika Serikat, meneliti lapisan sedimen di danau kuno di cekungan Sulmona, Italia. Sediman ini terdiri atas mineral magnetis yang sangat sensitif yang memiliki jejak garis bumi yang "beku" di dalamnya.
Peneliti menggunakan metode penanggalan argon-argon yang biasa digunakan untuk menemukan umur bebatuan serta lapisan abu pada atas dan bawah lapisan sedimen. Dari metode itu, tim menemukan bahwa pembalikan medan magnetik terjadi sekitar 786 ribu tahun yang lalu, jauh lebih lama dibanding penelitian awal.
"Perubahan kutub selanjutnya akan terjadi lebih cepat dari perkiraan, sekitar kurang dari seratus tahun ke depan. Kami tidak tahu pasti apakah akan terjadi perubahan posisi secara tiba-tiba. Kami juga belum tahu apakah hal ini tidak akan terjadi," kata Direktur Geochronology Center, Paul Rene, salah satu tim ilmuwan, seperti dilaporkan RT, Senin, 20 Oktober 2014.
Temuan ini juga didukung oleh data yang dikumpulkan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) dari satelit yang diarahkan ke bumi sejak September lalu. Dari data itu disebutkan bahwa kedua kutub akan berpindah sepuluh kali lebih cepat dari kejadian sebelumnya.
"Catatan magnetik menunjukkan akan ada pergerakan pembalikan 180 derajat secara tiba-tiba pada periode 6.000 tahun dari ketidakstablilan yang berkepanjangan, tapi kami juga belum tahu apakah benar akan terjadi sesuai perkiraaan atau malah lebih cepat," kata pihak ESA.
Di lain pihak, ilmuwan memastikan bahwa pembalikan kedua kutub akan mempengaruhi kehidupan manusia. Kejadian itu akan mengganggu aliran listrik. Bahkan, yang paling parah adalah sinar kosmik berbahaya dan angin matahari dapat meningkatkan risiko kanker serta kegiatan magnetik yang tidak stabil.
RINDU P. HESTYA | RT
Berita Lain:
ITS Juara Umum Lomba Mobil Irit
Bertransaksi dengan Dompet Virtual
Gencar Perkenalkan Mobile Money