TEMPO.CO, Rhode Island - Para peneliti dari Rumah Sakit Miriam di Rhode Island, Amerika Serikat, telah mempelajari efek merokok selama kehamilan terhadap respons stres pada bayi yang baru lahir. Studi mereka menunjukkan bayi yang baru lahir dari ibu yang merokok saat hamil menunjukkan respons stres yang menurun dan mengalami perubahan DNA pada gen yang mengatur hormon stres.
Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Psychoneuroendocrinology ini juga menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir mungkin tak dapat memiliki hormon respons stres yang cukup untuk sehari-hari. "Sistem tubuh janin tak siap mengalami stres," ujar pemimpin penelitian, Laura Stroud, dari Centers for Behavioral and Preventive Medicine Rumah Sakit Miriam.
Seperti diberitakan Sciencedaily, Senin, 20 Oktober 2014, Stroud memprediksi hal tersebut sangat mungkin merugikan bayi yang baru lahir. Statistik kesehatan nasional Amerika Serikat menunjukkan risiko kesehatan yang terus meningkat akibat rokok. Satu dari 10 perempuan masih mengisap tembakau saat hamil. (Baca juga: PBB: Junk Food Sama Bahayanya dengan Merokok)
Persentase bayi yang lahir dari ibu yang merokok saat hamil memang kecil. Bayi juga rentan lahir dalam keadaan prematur serta berisiko terkena komplikasi medis. Merokok saat hamil juga berhubungan dengan masalah perilaku jangka panjang dan kesehatan, seperti asma, juga kecanduan nikotin pada anak. "Risiko ini tak dipahami dengan baik," kata Stroud.
Salah satu kemungkinan risiko yang bisa muncul, kata Stroud, adalah berubahnya hormon stres dan adanya epigenetik--modifikasi genetik secara kimia--dalam DNA bayi. Secara khusus, tim berusaha menyelidiki efek merokok selama kehamilan terhadap hormon stres kortisol pada bayi yang baru lahir. Kortisol merupakan bagian dari sistem hypothalamic pituitary adrenocortical yang bekerja secara sinergis melawan sistem stres.
Selain itu, Stroud juga melihat efek merokok selama kehamilan pada DNA dalam plasenta—organ sementara yang menghubungkan ibu dengan janin. Dia tertarik mempelajari perubahan epigenetik gen reseptor glucocorticoid, yang mengatur jalannya kortisol dari ibu ke janin.
Studi Stroud ini menyertakan 100 ibu dan bayi yang baru lahir dari pasangan berpenghasilan rendah dengan ras dan etnis diambil secara acak. Dia melakukan wawancara tertutup untuk mendapatkan informasi tentang kadar nikotin yang diisap oleh seorang ibu saat hamil.
Setelah bayi lahir, plasenta dikumpulkan. Kemudian DNA dianalisis untuk melihat perubahan reseptor glucocorticoid. Kadar kortisol dari bayi yang baru lahir diukur tujuh kali dalam bulan pertama kehidupannya setelah uji neurobehavioral. Pengujian neurobehavioral melibatkan respons terhadap rangsangan yang berbeda, pengujian refleks, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan, bayi ibu yang merokok saat hamil menunjukkan penurunan tingkat kortisol pada awal ujian neurobehavioral. "Studi kami juga menunjukkan efek merokok selama hamil ditunjukkan melalui perubahan DNA," ujar Stroud.
Pada akhir tulisannya, Stroud menyimpulkan, ada kaitan besar antara risiko perubahan hormon stres, respons stres, dan berubahnya DNA serta risiko perilaku seorang anak dengan ibu yang merokok selama hamil. "Kami harap calon ibu memikirkan studi kami ini," ujarnya.
AMRI MAHBUB
Berita Terpopuler:
Ketika Iriana Widodo Emoh Digeguyu Pitik
Kenapa Anak Jokowi Ini Tak Aktif Lagi di Sosmed?
Jokowi Mendadak ke KPK Malam Ini, Bahas Menteri?