TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan dolar terhadap mata uang utama dunia kembali berlanjut memasuki hari ketiga. Imbasnya, rupiah tancap gas menjauhi level psikologis 12.000. Pada jeda siang ini, Selasa, 21 Oktober 2014, rupiah ditransaksikan menguat 44 poin (0,37 persen) ke level 11.988 per dolar Amerika Serikat.
Indeks dolar kembali melemah Selasa pagi meski rilis data ekonomi Cina kembali melambat. Pasar masih berspekulasi tentang kemungkinan diteruskannya stimulus serta ditundanya kenaikan suku bunga Fed Fund Rate. (Baca: Pelantikan Jokowi Gairahkan Bursa Saham)
Presiden Federal Reserve Dallas, Richard Fisher, mengatakan perdagangan yang bergejolak pekan lalu seharusnya tidak menghentikan bank sentral untuk mengakhiri pelonggaran kuantitatif ketiga.
"Ekspektasi itu akan menekan imbal hasil obligasi AS lebih rendah dan melemahkan dolar," ujar Paresh Upadhyaya, Manajer Portofolio Pioneer Investments, Boston, AS. (Berita lain: BI Berharap Efek Positif Jokowi Berlanjut Kongkret)
Meski demikian, Paresh melihat masih akan ada risiko pembalikan arah dolar menjelang rilis data inflasi AS pada Rabu dan laporan manufaktur Eropa pada Kamis. "Masih ada risiko nyata dari perlambatan ekonomi global, ditambah ancaman virus ebola dan pertempuran di Timur Tengah," ujarnya.
Mata uang Asia condong ke arah penguatan hingga pukul 12.00 WIB, kecuali yen yang memang diharapkan melemah. Rupee menguat 0,14 persen, dolar Singapura menguat 0,09 persen, won menguat 0,62 persen, ringgit naik 0,42 persen, dan baht menguat 0,15 persen.
REUTERS | M. AZHAR
Terpopuler:
Risma Dukung Harga BBM Naik
Jokowi Dilantik, Harga Emas Malah Melorot
Karyawan Sambut Jokowi, Pengusaha Beri Toleransi
Karyawan Bank Ikut Nonton Pesta Jokowi
Pelantikan Jokowi, Penumpang KRL Membludak
Pemerintah Terbitkan Surat Utang Rp 10 Triliun