TEMPO.CO, Banda Aceh - Gempa bumi yang disusul tsunami hebat pada 2004 menyebabkan lebih dari 160 ribu warga Aceh tewas. Dalam tahap rehabilitasi, pembangunan insfrastruktur terus digenjot untuk memperbaiki kondisi Aceh dan masyarakat yang selamat dari tragedi itu. Pembangunan monumen-monumen peringatan kejadian bencana alam menjadi salah satu sarana yang bisa membantu memulihkan kondisi psikologi para penyintas tsunami.
Sebastien Penmellen Boret, ahli antropologi sosial dari Universitas Tohoku, Jepang, mengatakan pendirian monumen peringatan adalah cara untuk memulihkan tekanan mental dan trauma yang dihadapi komunitas penyintas bencana alam. Para penyintas bencana alam hebat seperti tsunami Aceh, menurut Boret, menghadapi dua tekanan besar sekaligus.
"Mereka korban tsunami dan di saat yang sama mereka juga menghadapi tekanan karena kehilangan famili," kata Boret kepada Tempo seusai acara International Workshop and Expo on Sumatra Tsunami Disaster and Recovery di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Rabu, 22 Oktober 2014.
Menurut Boret, pendirian monumen peringatan tsunami dan konservasi tempat-tempat tertentu yang dilibas bencana alam itu punya peran dalam meringankan trauma para korban. Boret mengatakan masa rekonstruksi infrastruktur mungkin bisa berjalan cepat dan pada suatu saat akan berhenti. (Baca juga: Bill Clinton Pantau Kawasan Bekas Tsunami Aceh)
Namun, periode berduka cita dari para korban yang selamat akan ada seumur hidup. "Saya pikir trauma akibat bencana alam tidak akan benar-benar sembuh, yang diperlukan adalah bagaimana membangun komunitas untuk meringankan beban mereka," kata Boret.
Di Jepang, Boret mencontohkan, tugu peringatan adalah tempat yang sering didatangi para penyintas bencana alam. Jepang adalah negara yang sering dilanda gempa bumi, beberapa di antaranya berakibat fatal dan menyebabkan ribuan orang tewas. "Di sana mereka berdoa dan tempat itu menjadi salah satu penyangga untuk membangun kembali komunitas dalam masyarakat pasca-bencana," Boret menuturkan. (Baca juga: 7 Tahun Hilang, Korban Tsunami Aceh Pulang)
Selain monumen, tempat peringatan itu ada dalam bentuk kuburan massal yang tersebar di beberapa tempat di Aceh. Kuburan massal Siron di wilayah Aceh Besar adalah salah satu lokasi pemakaman yang menampung lebih dari 45 ribu korban tsunami tanpa identitas. "Tempat itu sering didatangi para penyintas untuk mengenang kerabat mereka yang mungkin dimakamkan di tempat itu," kata Boret, yang sudah tiga kali mengunjungi Aceh.
Tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 dipicu oleh gempa bumi tektonik dengan kekuatan hingga 9,3 skala Richter. Gempa yang berpusat di dalam laut perairan lepas pantai Sumatera Barat itu juga memicu gelombang tsunami yang menyapu beberapa wilayah negara lain termasuk Thailand, Sri Lanka, dan India. Bencana ini menewaskan lebih dari 230 ribu jiwa yang berasal dari 14 negara.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita Terpopuler:
KPK: Banyak Calon Menteri Jokowi Bermasalah
PDIP: tanpa Restu Mega, Jangan Mimpi Jadi Menteri
Jokowi Batal Umumkan Kabinet Hari Ini