TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan Novel Bamukmin, koordinator lapangan demo Front Pembela Islam di depan Balai Kota DKI Jakarta, enggan membuka siapa otak dan penyandang dana unjuk rasa.
Unjuk rasa FPI yang berakhir ricuh tersebut terjadi pada 3 Oktober 2014 di Balai Kota untuk menolak Basuki Tjahaja Purnama atau akrab dipanggil Ahok sebagai gubernur Jakarta, menggantikan posisi Joko Widodo yang telah resmi menjadi presiden. (Baca: FPI Demo Ahok, Polisi Terkena Samurai)
"Novel tidak mau mengatakan siapa yang membiayai aksi anarkis tersebut," kata Rikwanto di Polda Metro Jaya, Rabu, 22 Oktober 2014. (Baca: Polisi: Demonstran Anti-Ahok Sengaja Bikin Rusuh)
Rikwanto mengatakan dirinya juga tidak bisa memprediksi siapa otak dari demo anarkis tersebut. "Saya bicara fakta, bukan analisis hipotesa, perkiraan, atau prediksi. Itu ranah intelejen," ujarnya. Ia mempertimbangkan masukan dari intelijen sebagai pemberi masukan dan informasi. Itu pun akan diuji kebenarannya oleh tim reserse. "Para tersangka yang sedang diproses hanya baru menjelaskan mengenai kronologi kejadian."
Dalam demo tersebut, para pengunjuk rasa yang kebanyakan berasal dari Jawa Barat itu membawa batu. Namun, kata Rikwanto, dalam pemeriksaan, "Mereka mengaku bawa batu untuk wirid atau zikir, itu tidak masuk akal." (Baca: FPI Bakal Jenguk Novel di Penjara)
HERMAWAN SETYANTO
Berita Lainnya:
Ryamizard: Tak Jadi Menteri Juga Tak Apa
Datang ke Istana, Siti Nurbaya Dites Jokowi
PM Singapura Unggah Foto Pelantikan Jokowi di FB
Ketemu Jokowi, Hendropriyono Curhat Soal Penyakit