TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan pelajar dan beberapa guru SMP Negeri 6 Kulisusu, Buton Utara, Sulawesi Tenggara, mengepung kantor Kepolisian Sektor Kulisusu pada Kamis, 23 Oktober 2014. Dengan membawa spanduk bertuliskan, “Bebaskan guru kami, kami ingin belajar,” mereka menuntut polisi segera membebaskan Bahtiar, guru matematika sekolah itu. (Baca: Ditampar Guru, Murid SD di Malang Mogok Sekolah)
Bahtiar, 27 tahun, ditahan di Polsek Kulisusu sejak Selasa, 21 Oktober 2014 lantaran memukul kaki kiri sejumlah siswa dengan sebilah mistar. Tindakan itu tidak diterima oleh para orang tua yang kemudian melaporkannya ke Polsek Kulisusu. (Baca: Kekerasan di SD Bukittinggi Akibat Pengaruh TV)
Para murid dan guru tiba di Polsek Kulisusu pada pukul 08.00 Wita. Mereka berteriak-teriak sambil menangis histeris. "Kenapa guru kami harus dimasukkan di penjara. Kami ingin belajar, sebentar lagi ujian. Guru kami bukan penjahat, bukan pencuri, tapi pahlawan," teriak para siswa.
Aksi ini membuat suasana menjadi gaduh. Suara tangisan dan teriakan para siswa semakin kencang. Bahkan, beberapa siswa nekat menerobos polsek untuk masuk melihat gurunya hingga memancing emosi Kepala Polsek Kulisusu Komisaris Syafaruddin Tika. (Baca: Ahok Pecat Guru yang Biarkan Perisakan di Sekolah)
"Siapa yang bertanggung jawab atas aksi ini. Mana gurunya yang bertanggung jawab," kata Syarifuddin. Tiba-tiba seorang siswa menjawab bahwa tindakan mereka tidak dikoordinir dan merupakan gerakan spontanitas. “Ini inisiatif kami sendiri. Kami ingin belajar, sudah mau ujian tapi tidak ada lagi guru yang mengajar," ujar anak tersebut.
Tangis mereka semakin kencang ketika para guru bisa melihat langsung teman mereka berdiri di balik jeruji besi. "Kasihan, hanya persoalan sedikit harus disel," ucap sejumlah guru sambil menangis.”
ROSNIAWANTY FIKRI
Berita lain:
Ini Dia Calon Pembantu Presiden Jokowi
Datang ke Istana, Siti Nurbaya Dites Jokowi
Ini Bocoran Struktur Kabinet Jokowi