Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Antisipasi Bencana, Siswa Jepang Diajari Baca Peta  

image-gnews
Mirano Suzuki berbicara dengan ibunya Yasuko pada hari pertama sekolah di Sekolah dasar Shimizu, Fukushima, Jepang utara (6/4). Lebih dari 70 sekolah memulai kelas regulernya pada hari Rabu di kota Fukushima, usai terjadinya gempa bumi dan tsunami yang melanda negara tersebut pada 11 Maret lalu. REUTERS / Carlos Barria
Mirano Suzuki berbicara dengan ibunya Yasuko pada hari pertama sekolah di Sekolah dasar Shimizu, Fukushima, Jepang utara (6/4). Lebih dari 70 sekolah memulai kelas regulernya pada hari Rabu di kota Fukushima, usai terjadinya gempa bumi dan tsunami yang melanda negara tersebut pada 11 Maret lalu. REUTERS / Carlos Barria
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para pelajar di Jepang sering mendapatkan pelatihan untuk mengantisipasi bencana alam, seperti gempa dan tsunami. Salah satu materi pelatihan yang sudah diajarkan sejak tingkat sekolah dasar adalah cara membaca peta dan arah menuju tempat evakuasi. Materi pelatihan itu dinilai bisa mendukung upaya evakuasi yang biasanya berlangsung cepat dalam situasi darurat. 

Aiko Sakurai, peneliti dari International Research Institute of Disaster Science, Tohoku University, Jepang, mengatakan sekolah adalah basis pelatihan yang sangat berguna untuk mengantisipasi bencana alam. Saat bencana datang, peluang terjadinya kepanikan sangat besar, sehingga sangat penting untuk membekali anak-anak dengan pelatihan khusus.

"Anak-anak sekolah dasar diajari membaca peta. Paling tidak mereka tahu cara membaca arah utara dan selatan," kata Sakurai dalam International Workshop and Expo on Sumatra Tsunami Disaster and Recovery di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Kamis, 23 Oktober 2014.

Para pelajar juga diajari cara mencari tahu dan berbagi informasi penting ketika bencana melanda. Menurut Sakurai, pertukaran informasi di antara masyarakat itu sangat penting karena membantu proses evakuasi ketika bencana terjadi. "Kepanikan bisa diminimalkan ketika ada informasi yang jelas," katanya. (Baca juga: Tugu Peringatan Bantu Obati Trauma Korban Tsunami

Jepang adalah negara yang kerap dilanda gempa. Saking seringnya gempa terjadi, warga Jepang menganggapnya seperti kejadian biasa. Namun mereka tidak pernah mengabaikan sinyal peringatan apa pun. "Kerap terjadi ketika duduk santai mengobrol di kafe lalu terjadi guncangan, kondisinya pasti langsung senyap beberapa saat. Kami menunggu sinyal. Jika tidak ada, kegiatan bisa dilanjutkan seperti biasa," kata Sae Shikita, mahasiswa program master dari Department of Urban Engineering University ofTokyo kepada Tempo.

Shikita mengatakan warga Jepang memantau perkembangan gempa melalui aplikasi yang dipasang pada telepon seluler. Lewat aplikasi itu, mereka mendapatkan informasi tentang kekuatan dan pusat gempa yang tengah terjadi. "Tinggal lihat ponselmu, tunggu sejenak, apakah ada tanda bahaya atau tidak. Yang penting, jangan panik," ujarnya. (Baca juga: Soal Bencana, SBY Minta Indonesia Belajar dari Jepang)

Sri Adelila Sari, spesialis dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Unsyiah, mengatakan pelatihan simulasi perlu dibiasakan terhadap anak-anak, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana. Sri dan timnya pernah meneliti implementasi pendidikan kebencanaan di satu sekolah dasar di Pulo Breuh, Aceh Besar. "Wilayah itu sangat rentan terhadap dampak gempa karena posisinya dekat dengan patahan lempeng benua," kata Sri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Sri, murid sekolah dasar kelas V dan VI adalah yang paling cocok diberi pelatihan simulasi bencana karena mereka lebih mudah berinteraksi. "Para pelajar kelas V dan VI juga paling antusias melakukan pelatihan," ujarnya.

Pelajar yang mendapatkan pelatihan simulasi bencana itu bisa menyebarkan informasi itu kepada kawan-kawannya yang lebih muda. "Sosialisasi antisipasi bencana juga mudah disebarkan di tengah masyarakat," ujar Sri.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita Terpopuler:

KPK: Banyak Calon Menteri Jokowi Bermasalah
PDIP: tanpa Restu Mega, Jangan Mimpi Jadi Menteri
Jokowi Batal Umumkan Kabinet Hari Ini

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

7 Maret 2022

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang berhasil menciptakan alat pemantau longsor. Foto : UNNES
Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menciptakan alat pemantau longsor. Alat tersebut sudah dipasang di Banjarnegara.


Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

20 November 2021

Sejumlah warga menyaksikan jalan raya yang ambles di lokasi bencana longsor di Desa Clapar, Madukara, Banjarnegara, Jateng, 30 Maret 2016.  Berdasarkan pantauan BPBD, longsoran diperkirakan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah dan dikhawatirkan akan semakin meluas. ANTARA/Anis Efizudin
Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

Longsor Banjarnegara pada Jumat malam menimpa dua rumah warga.


Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

2 November 2019

Ilustrasi longsor. shutterstock.com
Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

Longsor ini menyebabkan dua rumah tertimbun dan satu orang meninggal.


Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

2 November 2019

Ilustrasi longsor. shutterstock.com
Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

Retakan tanah tersebut berlokasi di sebelah timur rumah yang kemudian tertimbun longsor.


Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

25 September 2016

TEMPO/Budi Purwanto
Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

Rumah itu tertimpa reruntuhan tanah dan menewaskan satu orang dan delapan anggota keluarga lainnya luka-luka.


3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

19 Juni 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

Ketiga korban sedang membersihkan longsor saat terjadi
longsor susulan.


Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

19 Juni 2016

ANTARA/Agus Bebeng
Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

Korban meninggal di Grumbul Wanarata disebabkan tertimbun material longsor susulan saat sedang bekerja bakti menyingkirkan longsoran.


Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

19 Juni 2016

Warga bersama relawan bergotong royong membuat saluran air di lokasi bencana longsor dan tanah bergerak di Desa Clapar, Madukara, Banjarnegara, Jateng, 31 Maret 2016. Sedikitnya 21 rumah roboh, serta ratusan lainnya  terancam roboh. ANTARA/Anis Efizudin
Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

Enam orang yang meninggal sudah dievakuasi, sementara satu korban masih dalam pencarian.


Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

13 April 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

Potensi longsor masih ada apabila curah hujan tinggi.


Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

31 Maret 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

Longsoran diperkiraan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah. Sedang lebar longsoran 100 -200 meter.