TEMPO.CO, Malang - Lembaga swadaya masyarakat di bidang lingkungan, Protection of Forest and Fauna (Profauna) Indonesia, yang berkantor pusat di Malang memprotes rencana pembangunan pabrik pengolahan atau smelter nikel di lahan yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo.
Profauna mendesak Gubernur Jawa Timur Soekarwo menghentikan rencana pembangunan pabrik milik PT Situbondo Metalindo yang sudah membuka lahan sejak akhir Agustus lalu. “Pabrik ini akan berdampak sangat buruk bagi kehidupan masyarakat setempat dari kerusakan ekosistem Baluran,” kata Ketua Profauna Indonesia Rosek Nursahid di Malang pada Kamis, 23 Oktober 2014.
Dari penelusuran ProFauna, ada dugaan kuat pembangunan pabrik nikel itu belum dilengkapi dokumen AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan). Juga, belum memiliki izin Menteri Kehutanan untuk pembangunan jalan menuju pabrik. Pembukaan jalan menuju pabrik, yang melintasi kawasan Taman Nasional Baluran, sangat jelas melanggar hukum lantaran tidak termasuk dalam jenis pemanfaatan yang diperbolehkan atas taman nasional.
Smelter, kata Rosek, sangat rakus listrik dan batu bara untuk proses pengolahan. Proses smelting pada akhirnya menghasilkan konsentrat mineral serta produk limbah padat berupa batuan dan gas SO2 (sulfur dioksida) yang beracun. Saat menguap, senyawa SO2 dapat memicu terjadinya hujan asam (acid rain) yang jika turun ke tanah akan meningkatkan derajat keasaman tanah dan sumber air.
Akibatnya, semua jenis vegetasi akan rusak jaringannya sehingga membahayakan kelangsungan hidupnya. Secara tidak langsung, berarti kematian perlahan bagi satwa-satwa penghuni taman nasional yang dibuka pada 1980 itu. (Baca: Smelter Nikel Pakai Lahan Taman Nasional Baluran)
Kendati tak langsung terasa dalam tempo singkat, pada manusia dan satwa, semua jenis senyawa nikel juga dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, pneumonia, emfisema, hiperplasia, dan fibrosis. Percobaan laboratorium membuktikan bahwa senyawa nikel dapat menembus dinding plasenta pada mamalia sehingga dapat mempengaruhi perkembangan embrio dengan risiko kematian dan malformasi.
ABDI PURMONO
Terpopuler
3 Alasan Jokowi Batal Umumkan Kabinet
Rilis Menteri Batal, Mega Gelar Rapat Rahasia
Rahasia Dokumen di Tangan Jusuf Kalla
Beda Jokowi dan JK Soal Pengumuman Kabinet