TEMPO.CO, Malang - Kawasan lautan pasir atau kaldera Tengger terus mengalami pemadatan, dengan volume pasir semakin menipis. Kaldera seluas 6.290 haktare itu sering dilintasi mobil dan sepeda motor. "Kendaraan yang melintas akan dibatasi," kata Kepala Bidang Konservasi Wilayah Gunung Bromo Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTN BTS), Sarmin, Kamis, 23 Oktober 2014. Kendaraan yang masuk ke lautan pasir menyebabkan pasir menjadi padat, tak bisa berbisik atau terbang ditiup angin.
Sejak menjadi tempat lokasi syuting film karya sutradara Garin Nugroho, kawasan itu akrab disebut “Pasir Berbisik” seperti judul filmnya. Saat berembus, angin membawa butiran pasir beterbangan seolah menyapa setiap pengunjung. Kini keseimbangan ekologis itu terganggu. Padahal, sesuai pengelolaan, kawasan lautan pasir merupakan zona rimba yang terbatas untuk pemanfaatan wisata. Namun, sejak wisata Gunung Bromo meningkat, kawasan itu berkembang menjadi kawasan wisata favorit. (Baca: Kebakaran Savana Bromo Mematikan Flora dan Fauna)
BBTN BTS, kata dia, masih menoleransi lautan pasir menjadi zona pemanfaatan tapi diterapkan secara terbatas. Seperti jip yang masuk kawasan lautan pasir dibatasi dan hanya diizinkan melintas di tepian. Sedangkan bentangan utama lautan pasir dibiarkan tak boleh dijamah agar tak terjadi pemadatan di kawasan lautan pasir. "Agar pasir tetap berbisik."
BBTN BTS mencatat jumlah jip yang beroperasi di lautan pasir melonjak signifikan. Pada 2012, jumlah jip sebanyak 200 unit, sekarang bertambah menjadi 1.000 unit. Sekarang kendaraan pengunjung dilarang masuk. Hanya jip dan kuda yang ditoleransi masuk ke kawasan kaldera.
Secara geologis, kawasan kaldera Tengger juga daerah tangkapan air. Air hujan cepat meresap ke dalam tanah dan disimpan sebagai cadangan air. Dengan demikian, air tanah tersimpan dan keluar di sejumlah mata air yang tersebar di Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang.
Pengemudi jip asal Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Makang, Giman, setuju atas pembatasan kendaraan yang melintas. Asal jip didata dan dikelola sehingga ia tetap bekerja untuk mencari nafkah. "Pekerjaan utama saya bertani, menyopir jip kerjaan sampingan."
Tarif jip untuk pengunjung Gunung Bromo yang berangkat dari Ngadas sebesar Rp 600 ribu, dan dapat mengangkut enam orang. Pengunjung bisa menikmati matahari terbit di Penanjakan, melihat kawah Gunung Bromo, serta melintasi kaldera Tengger dan padang savana. Untuk menikmati wisata itu, pelancong biasanya bermalam di Ngadas dan melanjutkan perjalanan ke Penanjakan pukul 02.00.
Setelah berwisata di kawasan Bromo, wisatawan kembali pukul 12.00 dan mengamati pemandangan di sekitar Ngadas. Antara lain, petani yang bercocok tanam sayuran seperti kentang, daun bawang, dan kubis, serta melihat sejumlah air terjun yang terbentang sepanjang perjalanan dari Ngadas menuju Kota Malang.
EKO WIDIANTO
Terpopuler
3 Alasan Jokowi Batal Umumkan Kabinet
Rilis Menteri Batal, Mega Gelar Rapat Rahasia
Rahasia Dokumen di Tangan Jusuf Kalla
Beda Jokowi dan JK Soal Pengumuman Kabinet