TEMPO.CO, Surabaya - Kota Surabaya dinilai sebagai salah satu kota di dunia yang berhasil melakukan penataan permukiman kumuh. Bahkan, menurut Direktur Pengembangan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Hadi Sucahyono, Surabaya merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang dikunjungi Direktur Eksekutif Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Juni lalu.
"Ini berarti PBB melihat Surabaya sebagai sampel yang baik bagi dunia untuk penanganan permukiman kumuh," kata Hadi setelah berbicara dalam seminar Hari Habitat Dunia 2014 bertema "Aspirasi dari Permukiman Kumuh" di Empire Palace, Kamis, 23 Oktober 2014. (Baca: Risma Ingin Pusat Subsidi Trem Surabaya 50 Persen).
Menurut Hadi, ada tiga faktor yang menunjang keberhasilan Surabaya, yaitu fisik bangunan, seperti perawatan dan pemeliharaan bangunan rumah susun yang baik. Lalu, faktor sosial, seperti adanya lapangan futsal dan tempat bermain yang disediakan Pemerintah Kota Surabaya di beberapa kawasan kumuh. "Ini kan sehat, bagus untuk olahraga dan anak-anak," kata Hadi.
Faktor ketiga, menurut Hadi, adalah ekonomi. Di Surabaya, terdapat kampung-kampung khusus yang bertujuan menghidupkan ekonomi warga sekitar. Ketiga faktor itu akan memastikan tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Hal itu sejalan dengan target pemerintah untuk mewujudkan 100 persen air minum, 0 persen kumuh, dan 100 persen sanitasi pada 2019. (Baca: Ketemu Dubes Asing, Risma Kebanjiran Tawaran Join).
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menambahkan, sejumlah program sudah disiapkan untuk menata permukiman kumuh. Di antaranya, rumah susun sederhana dan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM). "Bahkan, menurut evaluasi World Bank, kita (Surabaya) terbaik untuk PNPM."
Menurut Risma, pemerintahan yang baik juga menjadi faktor penting dalam penataan permukiman kumuh. Dengan demikian, masyarakat dan swasta akan memberikan dukungan.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Terpopuler
3 Alasan Jokowi Batal Umumkan Kabinet
Rahasia Dokumen di Tangan Jusuf Kalla
Beda Jokowi dan JK Soal Pengumuman Kabinet
Ki Manteb Ungkap Cerita Mobil Listrik Dahlan Iskan