TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar hukum internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan pengalaman Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi sebagai diplomat dan birokrat di Kementerian Luar Negeri tidak perlu diragukan.
"Retno telah dua kali menjadi duta besar (dubes) dan terakhir Dubes Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda," ujar Hikmahanto dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 27 Oktober 2014. (Baca: Pelantikan Kabinet Kerja, Susi Mau Pakai Baju Kerja)
Menurut Hikmahanto, menanjaknya karier Retno hingga masuk di jajaran Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo karena Retno cepat menguasai permasalahan selama berkarier menjadi diplomat. Apalagi Retno juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Amerika dan Eropa di lingkup Kemenlu.
Lantaran itu, Retno harus dapat menerjemahkan visi Trisakti dan kemaritiman yang digadang oleh Jokowi serta menerapkan program Nawacita. "Retno harus menunjukkan ketegasannya."
Di sisi lain, menurut Hikmahanto, Retno juga dapat menanggalkan kebijakan luar negeri bebas aktif mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menafsirkan seribu teman dan nol musuh. (Baca: Megawati Hadiri Pelantikan Kabinet Kerja.) "Seharusnya, semua negara adalah sahabat hingga kedaulatan Indonesia tidak dirongrong dan kepentingan nasional tidak dirugikan," kata Hikmahanto.
Adapun Retno mencatatkan dirinya sebagai Menlu wanita pertama di Indonesia sejak diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Jokowi menyebut Retno sebagai pekerja keras, tegas, dan visioner saat mengumumkan nama-nama menteri Kabinet Kerja.
TRI SUSANTO SETIAWAN
Baca juga:
Kabinet Kerja Diisi 8 Perempuan dan 26 Pria
Jokowi Persilakan Menteri Jonan Tidur di Kapal
Indroyono: Maritim Jadi Andalan Presiden Jokowi
Cara JK Mengimbangi Langkah Cepat Jokowi