TEMPO.CO , Jakarta:Dua manekin gadis berkacamata hitam nongkrong di dalam troli belanja raksasa. Mereka mengenakan gaun taffeta warna-warni yang mirip bungkus sereal. Di dalam keranjang itu ada kantong-kantong keripik berukuran raksasa dan sereal Loop. Satu patung bergaun kuning tengah duduk di lantai. Itu dia tampilan jendela gerai Moschino di Via del Babuino, Roma, saat kami berkunjung ke sana 3 September lalu. (Baca: Saat Logo Indomaret Jadi Inspirasi Mode)
Gerai yang baru dibuka pada 2013 ini menampilkan sebagian koleksi musim gugur mereka tahun ini. Bungkus makanan instan seperti sereal, berondong jagung, cokelat Hershey's, kemasan McDonald's, hingga tokoh kartun Spongebob menjadi inspirasi Direktur Kreatif Moschino Jeremy Scott, asal Amerika Serikat. “Aku harap manajemen Moschino bakal segera membuka gerai di negaramu,” kata Anna, 46 tahun, manajer toko itu, kepada kami saat tahu belum ada gerai Moschino di Indonesia.
Terdiri atas dua lantai, kita bisa melihat koleksi tiga lini utama Moschino, yaitu Moschino—lini utama khusus adibusana dan sub-lini untuk pria, lalu Moschino Cheap and Chic yang menjadi label siap pakai, serta Love Moschino yang menyasar kalangan muda. Tentu, yang paling menarik perhatian adalah lini utama yang mengambil karakter Spongebob sebagai salah satu bentuk desainnya. “Ini menjadi salah satu favorit,” kata Anna, sambil menunjukkan sweater kuning dengan wajah berbintil si spons yang tinggal di rumah nanas di bawah laut itu. (Baca: Ada Mc Donalds dan Spongebob di Moschino)
Di pojok ruangan kayu bergaya minimalis, gaun penutup koleksi musim gugur Moschino tergantung di salah satu sudut. Gaun putih dengan cetakan rincian fakta nutrisi ini mencantumkan keterangan gizi yang biasanya ada di bagian belakang produk makanan instan. Ternyata, selain warna putih, gaun ini dibuat dengan palet warna merah, tanpa embel-embel cetakan fakta nutrisi tadi. Seorang wanita tampak mencoba gaun warna merah itu, sebelum kemudian menaruhnya. Kebetulan, kata Anna, toko itu sedang sepi, sehingga para pelanggan bisa lebih leluasa mencoba pakaian.
Karya ngepop Scott bersanding dengan lukisan karya Moschino yang berjudul Cul de Sac dan Shoes in The Sky. Karya yang pertama menggambarkan celana jins di tengah langit biru. Sekeliling bingkai lukisan itu penuh dengan tumpukan celana dan jaket jins. Adapun karya kedua—sesuai dengan namanya—menampilkan tumpukan hak stilleto yang tipis pada pinggiran lukisan sepatu di tengah langit.
Franco Moschino, desainer pendiri rumah mode ini tiga dekade lalu, memang punya selera humor yang cerdas dan penuh ironi. Dia pernah membuat gaun hitam dari tumpukan bra, gaun potongan jas dari wol, gaun warna-warni dari dasi, hingga blazer makan malam lengkap dengan garpu dan pisau yang menempel seperti kancing plus serbet di bagian tengah. Itu belum termasuk slogan-slogan provokatif seperti “Good Taste Doesn’t Exist” atau “Fashion Fashoff” yang dicetak atau dibordir pada koleksi pakaiannya. Moschino juga mengurusi printilan tokonya, termasuk tampilan etalase toko. Ini juga menjadi salah satu ciri Moschino yang tetap dipertahankan hingga kini.
“Pakaian-pakaian yang lucu harus bisa dibuat dengan sangat baik, karena di sanalah letak pakaian yang berkelas. Sangat mudah melucu dengan kaus-T, tapi akan lebih cerdas jika Anda menggunakan mantel bulu,” kata Moschino dalam wawancaranya dengan GQ pada 1994, yang dimuat kembali pada 2009. Ini merupakan salah satu dari sedikit wawancara terakhir Moschino sebelum ia wafat pada 18 September 1994 dalam usia 44 tahun.
Akhir September lalu, Barbie menjadi tema utama koleksi musim semi rumah mode Moschino dalam Pekan Mode Milan. Ada koleksi serba merah muda, dari bungkus iPhone berbentuk mirip cermin boneka produksi Mattel itu hingga tas “Chanel” yang menjadi kostum klasik Barbie. Kemunculan Barbie dari rumah mode Moschino sebenarnya tidak lagi mengejutkan. “Semuanya menjadi sangat Amerika dan benar-benar pop,” kata penata gaya James Thornandes kepada Tempo.
Rumah mode Moschino, ujar penata gaya penyanyi Anggun ini, sebenarnya punya gaya yang chic di samping ciri khas humor tadi. “Belakangan, setelah Scott masuk, ciri itu mulai hilang,” ujar dia. (Baca: Anggun Dukung Jokowi, Agnez Mo Serukan Perdamaian) Style.com bahkan melaporkan sebagian pembeli asal Milan pergi meninggalkan peragaan busana. Mereka yang bertahan adalah fan Jeremy Scott, yang dikenal sebagai salah satu desainer junk fashion.
Humor Scott mungkin terlalu kasar bagi pasar Eropa. “Tapi dia laku keras di Amerika Serikat dan Asia,” ujar Thornandes. Pun, jika Moschino kini membuka gerainya di Indonesia, rumah mode ini berkemungkinan besar akan sama suksesnya, walaupun kita sudah melihat sweater Spongebob di mana-mana, jauh sebelum Scott meluncurkan koleksi musim gugurnya di pelosok Jakarta.
SUBKHAN | VOGUE | STYLE.COM
Terpopuler
Dihantam Badai Himalaya, Nizar Tak Kapok Mendaki
Ini Tantangan Pendaki Himalaya Saat Badai
Makanan Ini Wajib Ada Saat Mendaki Gunung
Persiapan Sebelum Mendaki Himalaya