TEMPO.CO, Hong Kong - Sebulan sudah pendemo pro-demonkrasi Hong Kong melakukan aksinya untuk menuntut pemerintah Cina memberikan demokrasi penuh kepada mereka. Namun, hingga tepat sebulan, pada Selasa, 28 Oktober 2014, belum ada tanda-tanda bahwa gerakan ini menemui titik temu dengan pemerintah. (Baca: Pendemo Kepung Rumah Pemimpin Hong Kong)
Mengutip laporan Channel News Asia, sekitar 10 ribu orang memenuhi jalan-jalan utama Hong Kong untuk menandai sebulan aksi mereka. Tepat pukul 18.00 waktu setempat, secara serentak mereka membuka payung sebagai bentuk ekspresi kecewa dan marah kepada pemerintah dan polisi yang kerap kali menggunakan cara kekerasan untuk membubarkan mereka.
Payung telah menjadi simbol gerakan para demonstran. Benda sederhana ini awalnya digunakan untuk menangkal semprotan gas air mata dan water cannon yang digunakan aparat untuk membubarkan mereka.
Tak hanya payung, para pendemo kreatif yang dimotori mahasiswa ini juga membuat masker mereka sendiri. Masker ini merupakan perisai dari serangan semprotan merica yang juga dipakai untuk menghalau massa. (Baca: Bubarkan Massa, Polisi Hong Kong Semprotkan Merica)
Memasuki pekan kelima demonstrasi, belum ada tanda-tanda aksi akan berakhir. Tekad pendemo untuk menerapkan demokrasi penuh pada pemilihan pemimpin Hong Kong 2017 mendatang masih bulat.
Baca Juga:
Namun, pemerintah Beijing, juga masih berkeras bahwa mereka akan memberikan kebebasan demokrasi asal dengan persetujuan pemerintah. Beijing mengizinkan adanya calon pemimpin dari Hong Kong sendiri asal dengan persetujuan mereka. Namun, langkah ini dinilai sebagai ‘demokrasi palsu’ oleh para demonstran.
ANINGTIAS JATMIKA | CHANNEL NEWS ASIA
Terpopuler
Singapura Akui Punya Izin Terbang di Pontianak
Aliran Lahar Gunung Kilauea Hawaii Semakin Meluas
ISIS Penggal 70 Perwira Senior Suriah