TEMPO.CO, Jakarta - Pendatang baru itu bernama BART (Bar at The Roof Top). Terletak di lantai tujuh Hotel Artotel Menteng, Jakarta Pusat, BART menjadi pendatang terbaru pada barisan bar di atap gedung Jakarta setelah dibuka pada 17 Oktober 2014.
“Bar ini bisa menjadi pelarian bagi para pekerja kantoran," kata Daniel Sunu Prasetya, Manajer Umum Artotel, kepada Tempo kemarin. Di ketinggian sekitar 30 meter, pengunjung bisa sejenak menghindari kemacetan di kawasan Sudirman-Thamrin, yang menggila akibat pembangunan monorel.
Meski terletak di puncak gedung, Anda tidak perlu khawatir bakal kehujanan atau kepanasan. Sebagian besar tempat duduk mereka terlindung kanopi. Ada juga kipas angin untuk meredam suhu Ibu Kota yang mencapai 33 derajat Celsius pada siang hari.
Interior BART menarik. Hampir semua perabotan, dari kursi hingga bantal sofa, berwarna hitam-putih. Klasik, tapi tetap bergaya modern. Sofa-sofa monokromatik itu pun membikin pengunjung betah untuk leyeh-leyeh. Dengan banyaknya bantal besar, Anda bisa nyaris selonjoran di sana. Suasana santai berpadu dengan musik R&B 1990-an yang tidak memekakkan telinga.
Untuk urusan pemandangan, BART memang tidak sedramatis SKYE, restoran yang terletak di lantai 52 Menara BCA atau La Vue di Hotel Hermitage Menteng yang menyuguhkan pemandangan Jakarta dalam 360 derajat. Panorama di BART terbatas ke arah deretan gedung di kawasan Sudirman-Thamrin.
Namun ruangan ini bisa menampung lebih banyak orang, sekitar seratus orang. Ini jauh lebih besar daripada kapasitas ruangan terbuka roof top bar serupa di tempat lain. Ruang yang lega ini cocok bagi mereka yang gemar menggelar pesta.
Untuk urusan menu, BART tidak banyak berbeda dari yang lain, yakni mengandalkan koktail dan mocktail. Anda bisa mencoba Bye-Gone (Rp 110 ribu), campuran vodka, gin, tequila, midori, dan soda. Warna hijaunya mengingatkan kita pada botol obat pembasmi serangga. Ada pula Choco-Nutty (Rp 110 ribu), campuran krim Baileys, rum, dan kelapa yang juga enak.
Jika enggan menyentuh alkohol, Anda bisa memesan mocktail. Misalkan Pretty Cinderella (Rp 48 ribu), yang terdiri atas adukan jus lemon, jeruk, nanas, plus sirop grenadine dan ginger ale--minuman ringan rasa jahe.
BART juga menyuguhkan pilihan makanan ringan, dari samosa (sejenis martabak asin dengan kulit lumpia berbentuk segitiga) hingga roti bakar. Harganya Rp 35-96 ribu. Belum kenyang? Anda bisa memesan makanan berat yang didatangkan dari restoran Roca di lantai dasar. Menu andalan mereka adalah Nasi Goreng Kemangi (Rp 60 ribu) yang berwarna hijau.
Dari segi harga, BART sedikit unggul karena punya harga yang lebih miring. Kisaran harga mocktail-nya sedikit lebih murah dibandingkan dengan di Awan Lounge, restoran di Hotel Kosenda, Jalan K.H. Wahid Hasyim, Jakarta, yang mencapai Rp 55 ribu. Namun BART juga harus bersaing dengan SKYE yang memasang tarif sekitar Rp 49 ribu untuk mojito, koktail asal Kuba. Seperti suhu badan setelah menenggak koktail, BART membuat persaingan di puncak Jakarta semakin panas.
SUBKHAN
Berita Lain
Berburu Senja dari Atap Pencakar Langit
Trafique Coffee, Ngopi di Tengah Macet
Basco, Olahan Keluarga Matt Basile
Pesona Silolona di Garis Losari
Tip Melancong bagi Para Jomblo