TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen tengah diguncang konflik internal antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Prabowo. Perseteruan ini sampai melahirkan Dewan Perwakilan Rakyat tandingan yang terdiri atas fraksi-fraksi partai KIH. "Tidak tahu sampai kapan," kata Syaifullah Tamliha dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan pada Jumat, 31 Oktober 2014.
Ia membenarkan memang petinggi koalisi masing-masing sudah bertemu dan tensi di antara kedua kubu pun sudah menurun. Prabowo Subianto sudah meminta maaf kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla dan menemui Presiden Joko Widodo. Pendiri Partai Amanat Nasional Amien Rais pun sudah bertemu Jusuf Kalla. Pertemuan-pertemuan ini seolah tidak memiliki pengaruh apa pun pada penyokong mereka di parlemen. (Baca: Ini Pernyataan Mosi Tidak Percaya DPR Tandingan)
Koalisi Prabowo yang menyapu bersih pucuk pemimpin DPR sekaligus paket ketua alat kelengkapan Dewan tidak memberikan posisi apa pun kepada KIH. Anggota Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan, Arya Bima, sempat mengeluhkan hal ini. Sebanyak 64 kursi pimpinan komisi dan badan kelengkapan semua diambil Koalisi Prabowo. Suara KIH seolah tak didengar dalam paripurna selama ini. (Baca: Rapat DPR Tandingan Digelar di Ruang Fraksi PDIP)
"Maka sekarang kami bertarung untuk demokrasi," kata Syaifullah. Apa yang terjadi di parlemen, menurut dia, tidak ada sangkut pautnya dengan pemerintahan.
DPR tandingan sudah memutuskan nama-nama pemimpin sementara mereka. Mereka menunjuk Effendi Simbolon (PDIP), Saefulloh Tamliha (PPP), Letnan Jenderal (Purn) Supriyadi dari Nasional Demokrat, Dossy Iskandar Prasetyo (Hanura), dan Ida Fauziah (PKB) sebagai ketua. "Kami ingin ada suara perempuan di kursi pemimpin," kata Abdul Kadir Karding dari Partai Kebangkitan Bangsa tentang ditunjuknya Ida. (Baca: Ini Sebab Presiden Jokowi Susah Dilengserkan MPR)
URSULA FLORENE SONIA
Baca juga:
Sempat Ditutup, Israel Buka Kembali Masjid Al-Aqsa
Mesir Bongkar 802 Rumah di Perbatasan Gaza
Ini Pernyataan Mosi Tidak Percaya DPR Tandingan
Denmark Impor Sampah dari Inggris