TEMPO.CO, Surabaya - Pengurus Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Timur Puguh Iryantoro menyatakan mendukung dengan syarat rencana pemerintah mengurangi subsidi terhadap harga bahan bakar minyak. Dia mengusulkan kenaikan harga dampak pengurangan subsidi tak besar. (Baca: Pemerintah Siap-siap Naikkan Harga BBM Sebelum 2015)
"Menurut saya, kenaikannya jangan di atas Rp 2.000. Kalau lewat dari itu bisa membuat kejutan yang tidak tertahankan alias risiko syoknya besar," katanya seusai menjadi pembicara dalam "Business and Economic Transformation Towards AEC 2015" di Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya, Kamis, 30 Oktober 2014.
Ketua Forum Inovasi Industri itu menambahkan, pengurangan subsidi BBM ibarat obat. Untuk itu dia menilai masyarakat perlu penyesuaian. "Meskipun menyehatkan, kalau obatnya terlalu pahit, bisa pingsan," katanya merujuk pada risiko perlambatan ekonomi. (Baca: Isu Kenaikan Harga BBM Benamkan Rupiah)
Menurut Puguh, terjadi kesalahan pola pikir selama ini dengan menyamakan kebutuhan untuk produktivitas dengan gaya hidup konsumerisme. Menurut dia, BBM subsidi harus tepat masuk pada sektor produktif, bukan keperluan individu. "Jangan melihat karena dia orang kaya lalu disuruh bayar lebih. Kaya bagi pengusaha dengan ribuan karyawan berbeda dengan ukuran kaya konsumsi untuk rumah tangga."
Negara-negara maju, kata Puguh, memberikan insentifnya kepada sektor-sektor produktif dan strategis. Untuk itu, pemerintah sebaiknya menaikkan sedikit sembari mengalihkan subsidi guna meletakkan fondasi pada energi alternatif yang baru.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Terpopuler
Foto Porno Ini Bikin Penghina Jokowi Ditangkap
Cerita Susi Ngotot Pakai Helikopter ke Seminar
5 Serangan @TrioMacan2000 yang Bikin Gerah Pejabat
Cerita Menteri Susi Nge-Trail di Aceh