TEMPO.CO, Jakarta - Seorang jurnalis Amerika yang diculik, disiksa dan akhirnya dilepaskan di Suriah oleh Al-Qaeda, Theo Padnos, menceritakan kisahnya di majalah New York Times pada Rabu, 29 Oktober 2014.
Theo Padnos, penulis artikel tentang perang sipil di Suriah, mencoba menjajaki karir di media London dan New York dengan artikel-artikelnya. Keahlian bahasa dan kemampuannya mengingat bagian penting dari Al-Quran ternyata tidak dilirik oleh banyak editor.
Akhirnya, Padnos berpikir untuk menambah nilai jual artikelnya dengan menulisnya langsung, live dari Suriah. Dia kemudian memulai kisahnya karena keingintahuannya yang tinggi dalam menjelajahi Timur tengah pada 2012.
Perjalanannya dimulai dari Antakya, lalu menyisir daerah tersebut dan berharap mendapatkan narasumber menarik untuk artikelnya. Hingga suatu hari ia berjalan ke bukit di luar Antakya, dan bertemu tiga pemuda Suriah.
"Tugas kami adalah membawa barang-barang dari sini ke tentara Suriah," kata satu pemuda. Mereka menawarkan, apakah Padnos mau ikut dengan mereka. Tanpa curiga, Padnos mengiyakan. Saat itu, dia berpikir akan kembali dalam beberapa hari ke Antakya.
Ternyata Padnos menjadi tawanan penculikan Al-Qaeda. Kelompok ini meminta tebusan US$ 400 ribu. Selama ditahan, Padnos disiksa, tak dibunuh namun tak juga dilepaskan. Namun akhirnya Padnos dibebaskan.
Padnos kemudian sadar bahwa semua kejadian yang menimpanya disebabkan oleh dirinya sendiri. Dia menggiring dirinya sendiri ke dalam pengalaman tak terlupakan dalam hidup. Seandainya Padnos menolak ajakan pemuda di bukit Antakya tadi, pasti lain lagi ceritanya.
INTAN MAHARANI | NEW YORK TIMES
Topik terhangat:
Penghinaan Presiden | Susi Pudjiastuti | Kabinet Jokowi | Pengganti Ahok
Berita terpopuler lainnya:
@TrioMacan2000 Pernah Memeras Bos Minyak
Ahok: Soal Sampah, Orang Jakarta Tak Beriman
Kata Fahri Hamzah Soal Kenaikan Harga BBM