TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan anggota Dewan Perwakilan Rakyat mulai memadati selasar ruang paripurna di gedung Nusantara II DPR RI. Mereka berasal dari fraksi-fraksi pendukung pemerintah. Pagi itu, mereka datang dengan agenda penting. Situasi parlemen yang memanas dalam beberapa hari terakhir memaksa mereka membentuk DPR tandingan. "Ini langkah extraordinary constitutional," ujar anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ario Bimo, Jumat, 31 Oktober 2014.
Ario menjelaskan wacana pembentukan DPR tandingan bergulir lantaran pimpinan DPR dinilai mengabaikan tata tertib saat menetapkan perwakilan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan. Akibatnya, fraksi pendukung pemerintah yang terdiri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai NasDem, Partai Hati Nurani Rakyat, dan Partai Persatuan Pembangunan gagal mencalonkan wakilnya dalam bursa pemilihan pimpinan komisi dan alat kelengkapan DPR. (Baca: DPR Terbelah, Puan: Kita Saling Mengalah Dulu)
Langkah politik itu bukan perkara mudah. Rapat yang diagendakan mulai pukul 09.00 WIB itu terpaksa molor lebih dari satu jam lantaran terbentur urusan kesekretariatan. Pihak sekretariat jenderal tak merestui keinginan mereka lantaran pimpinan DPR melarang penggunaan fasilitas ruang paripurna di luar jadwal yang mereka tetapkan. Instruksi itulah yang membuat mereka enggan menyerahkan kunci pintu ruang rapat paripurna. Termasuk mematikan fasilitas tangga berjalan ke lantai 3.
Hambatan itu memaksa sebagian anggota Dewan menunggu kemungkinan penggunaan fasilitas rapat di selasar ruang paripurna. Sebagian di antara mereka memilih berdiri sambil mengobrol. Ada pula yang menjadikan anak tangga pintu utama sebagai tempat duduk. Suasana ketidakpastian itu membuat anggota Fraksi PKB, Maman Imanul Haq, melantunkan salawat. Lagu pujian terhadap nabi itu juga diikuti oleh sejumlah rekan sesama fraksi, seperti Krisna Mukti dan Jazilul Fawaid. (Baca: MA Tolak Lantik Pimpinan DPR Tandingan)
Gemuruh salawat itu sempat mereda. Namun tak membuat Maman kehilangan akal untuk kembali menghidupkan suasana. Kali ini, ia mengajak rekannya menyanyikan lagu karangan Cornelis Simanjuntak, Maju Tak gentar. Ia pun berulang kali mengajak rekannya berteriak, "Merdeka! Merdeka! Merdeka!" Suasana penuh semangat itu membuat sebagian anggota ikut bergabung. Mereka rela duduk di sepanjang anak tangga pintu utama yang didesain dengan sembilan jenjang.
Di ujung ketidakpastian, Jazilul mengajak semua anggota meninggalkan ruang paripurna. Langkah itu diambil lantaran Setjen DPR tak kunjung berubah sikap meski telah didesak berulang kali. Agenda rapat kemudian ia alihkan ke ruang KK2 yang sehari-hari digunakan sebagai ruang rapat Fraksi PDIP. Skenario itu berjalan mulus. Kelima fraksi akhirnya bisa menjalankan niat mereka membentuk DPR tandingan. "Teman-teman, rapat akan kita pindahkan. Ini cuma masalah teknis. Substansinya tidak berubah," katanya.
RIKY FERDIANTO
Berita lain:
Beda Obor Rakyat dan Arsad Versi Kapolri
Landasan Pacu Susi Air Diduga Tak Berizin
Izin Landasan Pacu Susi Air Dipersoalkan