Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fakta-fakta Seputar Penyakit Ebola

image-gnews
Boneka manequin di dalam ruang isolasi selama simulasi pengobatan pasien penyakit menular seperti Ebola di Bundeswehr clinc, Koblenz, Jerman, 16 Oktober 2014. REUTERS/Ralph Orlowski
Boneka manequin di dalam ruang isolasi selama simulasi pengobatan pasien penyakit menular seperti Ebola di Bundeswehr clinc, Koblenz, Jerman, 16 Oktober 2014. REUTERS/Ralph Orlowski
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Akhir pekan ini Indonesia dihebohkan dengan munculnya pasien yang diduga terjangkit virus ebola yang mematikan. Pasien berinisial M tersebut tengah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Madiun Jawa Timur. (Baca: Suspect Ebola Madiun Bekerja 8 Bulan di Liberia)

Demam berdarah ebola (Ebola hemorrhagic fever) adalah penyakit pada manusia yang disebabkan infeksi virus ebola. Gejalanya biasanya dimulai dua hari hingga tiga minggu setelah terjangkit virus, ditandai demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Biasanya demam ini diikuti mual, muntah, dan diare, serta menurunnya fungsi lever dan ginjal. Saat itu, beberapa orang mulai mengalami masalah perdarahan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sedikitnya 13.703 orang terinfeksi virus ebola. Kecuali 27 kasus, penyakit ini mewabah di tiga negara di kawasan Afrika Barat, yakni Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Lebih dari separuh kasus atau sekitar 6.500 terjadi di Liberia. Dari total kasus, sekitar 5.000 penderita meninggal dunia. (Baca: Cegah Ebola, Korea Utara Karantina Semua Warga Asing)

Kekhawatiran mulai melanda karena penderita ebola kemudian ditemukan di Spanyol dan Amerika Serikat. Tercatat dua warga Spanyol dan satu warga Amerika meninggal karena ebola. Nyatanya, 50-90 persen orang yang terinfeksi ebola akan tewas. Belum ada perawatan khusus untuk ebola dan sejauh ini pasien dirawat dengan terapi cairan oral maupun melalui infus. (Baca: Kata Dokter yang Tangani Terduga Ebola)

Penular virus ebola

Penyelidikan terbaru menunjukkan bahwa codot atau kelelawar pemakan buah merupakan inang virus ebola. Selain itu, ebola bisa ditularkan oleh primata (kera, monyet, dan sejenisnya), antelop hutan, dan manusia.

Metode penyebaran virus ebola

Ada kemungkinan ebola menyebar dari daging binatang liar atau buah yang terinfeksi virus ini. Yang jelas, ebola ditularkan melalui kontak dengan binatang atau manusia yang terinfeksi. Selain bersentuhan, ebola ditularkan melalui hubungan seksual, urine atau tinja yang terinfeksi, darah yang terinfeksi, kontak dengan peralatan medis terkontaminasi, dan kontak dengan jasad pengidap ebola. Bahkan pria yang sudah sembuh dari ebola dapat menularkan virus ini melalui air mani hingga 7 pekan sesudah dirinya pulih. Tapi ebola tidak menular melalui makanan, udara, dan air.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gejala ebola

Ada beberapa gejala yang tampak dari orang yang terinfeksi virus ebola. Setelah dinyatakan positif terjangkit, orang itu akan mengalami perdarahan, muntah yang terkadang disertai darah, nyeri sendi, ruam kulit, dan diare yang kadang disertai darah. Sebanyak 40-50 persen kasus melibatkan perdarahan organ dalam dan lapisan kulit dalam (misalnya saluran pencernaan, hidung, vagina, dan gusi).

Pencegahan ebola

Ebola bisa dicegah dengan cara memakan makanan yang dimasak dengan baik. Selain itu, virus ebola bisa dihindari jika kita selalu menjaga kebersihan tubuh. Untuk terhindar dari infeksi virus tatkala wabah sudah berjangkit, gunakan pakaian pelindung khusus.

RAJU FEBRIAN (WHO, CDC, MSF, SLATE.COM | RISET: KATJA MISCHKE)

Berita Terpopuler
Haji Lulung: Urusan dengan Ahok Belum Selesai

Curhat Fadli Zon dan Hinaan Jilbab di Twitter

Intervensi Hukum, Fadli Zon Dinilai Abuse of Power

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

8 jam lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan desa Laingpatehi setelah letusan Gunung Ruang, di Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.


Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

14 jam lalu

Upaya evakuasi dan penyelamatan korban banjir di Musirawas Utara, Sumatra Selatan. Foto Dokumentasi Basarnas Palembang
Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

5 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

10 hari lalu

Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.


3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

27 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?


Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

28 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.


Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

30 hari lalu

Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

Vaksinasi tuberkulosis sebagai penanganan imunologi diharapkan bisa perpendek durasi pengobatan, sederhanakan regimen atau perbaiki hasil pengobatan


Buka Puasa dengan Merokok Bisa Akibatkan Kelelahan, Mual Hingga Penurunan Fungsi jantung

30 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Buka Puasa dengan Merokok Bisa Akibatkan Kelelahan, Mual Hingga Penurunan Fungsi jantung

Pakar kesehatan mengingatkan masyarakat untuk tak buka puasa dengan merokok. Apa saja efek buruknya?


Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

47 hari lalu

Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan IMERI-FKUI. Kredit: FKUI
Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.


Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Pasien penderita kusta di Rumah Sakit Anandaban Leprosy Mission di Lele, Nepal, 24 Januari 2015. (Omar Havana/Getty Images)
Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.