TEMPO.CO, Jakarta - Sebulan terakhir, Indera Kencana mulai kembali belajar lari. Latihan teratur, terukur, dan terencana dia lakukan demi memperbaiki catatan waktunya. "Sekaligus biar enggak cedera terus jadi larinya bisa menyenangkan," katanya pekan lalu.
Sakit dan nyeri adalah pengorbanan yang dibayar lelaki 30 tahun tersebut atas hobi yang digelutinya setahun terakhir ini. Sudah dua kali ia cedera hebat karena salah dalam menjalankan olahraga yang sedang digilai banyak orang ini.
Dokter spesialis kesehatan olahraga, Michael Triangto, mengatakan jumlah pasien pelari meningkat dalam setahun terakhir. "Satu hari bisa ada 2-3 orang. Dulu, pasien jumlah itu biasanya ada dalam sepekan," ujar Michael yang ditemui di ruang prakteknya di Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Rabu, 29 Oktober 2014. Mereka datang dengan bermacam keluhan. (Baca: Banyak Manfaat dari Lari Maraton)
Staf pengajar Program Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Universitas Indonesia ini memuji peningkatan antusiasme masyarakat pada olahraga. Hanya, ia menyayangkan semangat berlebihan yang membuat porsi latihan mereka sudah seperti atlet sungguhan. "Ini yang saya pertanyakan, apa sebenarnya tujuan mereka berlari?" kata Michael.
Apalagi jika kemudian banyak pelari yang mengabaikan nyeri karena menganggap penderitaan adalah bagian dari keberhasilan. Padahal, nyeri, luka, dan kram adalah petunjuk bahwa aktivitas yang dilakukan salah. Jika sudah mendapati tanda-tanda tersebut, Michael menganjurkan agar berhenti. Kalau tidak, cedera sudah pasti mengancam.
Michael mengatakan ada tiga area yang rawan cedera: lutut dan pergelangan kaki, paha dan betis, serta pinggang. Cedera bagian pergelangan kaki biasanya didera mereka yang memiliki kelainan telapak kaki.
Dokter spesialis kesehatan olahraga lainnya, Hario Tilarso, menjelaskan banyak pelari pemula yang sering mengalami nyeri di bagian telapak, dari ujung jari hingga tumit. Mereka yang sering melakukan lari cepat atau sprint biasanya merasakan sakit pada ujung telapak.
Adapun untuk penggemar lari jarak jauh, kesakitan umumnya melanda dari bagian tengah telapak hingga tumit. Namun, Hario melanjutkan, tipikal nyeri tersebut bisa berbeda, bergantung pada cara orang menapak.
Ada yang lebih banyak menggunakan tumitnya ketika berlari sehingga dari sepatunya terlihat bagian belakang yang lebih cepat aus. Begitu pula mereka yang sering menekan bagian depan kakinya, otomatis ujung alas kakinya lekas terkikis.
DIANING SARI
Terpopuler:
Melihat Seni Barongan dari Dunia Akademikus
Kata Ahmad Dhani Soal Tato dan Rokok Menteri Susi
Aktris Natasha Hamilton 'Makan' Plasenta Bayinya
Ulang Tahun ke-31, Slank Gelar Konser di Dua Kota