TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang pemilihan Jaksa Agung, empat nama calon yang dijagokan mengisi jabatan nomor satu di Kejaksaan Agung telah beredar di masyarakat. Salah satunya adalah Muhammad Yusuf, jaksa yang telah mengisi posisi Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sejak 2011.
Pria 52 tahun tersebut sebelumnya pernah menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Ia juga pernah menjadi Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Jakarta Selatan.(Baca: Jokowi Jamin Jaksa Agung Bukan Politikus Partai)
Selama mengabdi untuk lembaga Adhyaksa, Yusuf mencatatkan sejumlah prestasi. Saat menjadi Kajari Jaksel, misalnya, ia menuntut seumur hidup terdakwa kasus pembobolan BNI, Adrian Waworuntu. Ia pun pernah menangani kasus HAM dengan menuntut petinggi ABRI dan kepolisian dalam kasus Eurico Guterres. (Baca: Kata ICW Soal Calon Jaksa Agung Widyo Pramono)
Masuknya nama Yusuf dalam bursa calon Jaksa Agung berkat dukungan relawan dan Head Hunter Tim Transisi Jokowi. Menurut mereka, Yusuf adalah figur yang bersih dan pantas untuk mengisi posisi pengambil keputusan di Kejaksaan Agung. (Baca: KPK Berharap Jaksa Agung Baru Punya Integritas)
Masuknya Yusuf pun didukung oleh jaksa senior, seperti mantan Direktur Penyidikan Khusus Kejaksaan Agung Chairul Imam. Menurut dia, Yusuf figur berpengalaman, paham anatomi kejaksaan, dan berprestasi. "Kendala dia, mungkin hanya belum memenuhi syarat khusus, seperti belum pernah menjadi direktur atau memimpin kejaksaan tinggi," Chairul berujar.(Baca: Jaksa Agung Baru harus Berani Usut Kasus HAM)
Yusuf, ketika dimintai tanggapan, mengaku belum tahu dirinya masuk dalam bursa calon Jaksa Agung. Namun, jika terpilih, ia sudah memiliki bayangan perbaikan apa saja yang perlu dilakukan. "Semua sisi harus diperbaiki, dari rekrutmen, sumber daya, dan IT," ujarnya.(Baca: Ada 5 Kandidat Jaksa Agung, Siapa Dipilih Jokowi?)
ISTMAN M.P.
Baca juga:
Jenis Cedera yang Sering Dialami Pelari
Tjahjo Kumolo Kesal Ada Menteri Pakai Voorijder
Hilangkan Stres, Ben Kasyafani Berlatih Muaythai
Terduga Ebola Pulang Lebih Cepat dari Liberia