TEMPO.CO, Kudus - Sejak Senin pagi, 3 November 2014, ribuan orang dari berbagai daerah di Jawa Tengah mengantre untuk mendapatkan nasi jangkrik di kompleks Menara Sunan Kudus, Kudus, Jawa Tengah. Nasi jangkrik merupakan nasi putih dengan lauk daging kerbau dan kambing yang dibungkus menggunakan daun jati. Nasi ini dipercaya memiliki keberkahan.
Tidak pandang umur, baik muda maupun tua rela antre untuk mendapatkan nasi ini. Bahkan seorang anak laki-laki sudah datang saat matahari belum terbit. Ia dan lima temannya sengaja datang untuk mengantre. (Baca juga: Ribuan Orang Antre Nasi Jangkrik Sunan Kudus)
Baca Juga:
“Kalau saya, mau dijual lagi,” kata bocah yang tak mau menyebutkan namanya itu. Ia menjual nasi jangkrik ini dengan harga Rp 10 ribu. “Saya jual ke para peziarah yang tidak mau antre,” ujarnya.
Nasi jangkrik ini konon merupakan makanan kegemaran Sunan Kudus. Nasi ini dibagikan pada hari Asyuro atau bertepatan dengan 10 Muharram. Tradisi ini masih terus dilestarikan hingga saat ini. Tujuan dibaginya nasi ini kepada warga di sekitar Menara Kudus adalah menumbuhkan rasa saling berbagi kepada sesama.
Pembagian nasi jangkrik merupakan salah satu bagian dari tradisi buka luwur. Luwur adalah kain kelambu penutup makam Sunan Kudus. Luwur yang lama diganti dengan yang baru. Adapun kain yang lama dipotong beberapa bagian dan diberikan kepada ulama, kiai, dan tamu undangan yang hadir.
Menurut Ketua Yayasan Masjid Menara Sunan Kudus Nadjib Hassan, tradisi buka luwur mempererat tali silaturahmi sesama manusia. Sebab,. menurut dia, tradisi ini tidak hanya dimiliki oleh umat Islam saja, tapi juga umat agama lain yang turut berpartisipasi dalam tradisi ini. “Ini yang diajarkan Sunan Kudus kepada masyarakat,” ujarnya.
FARAH FUADONA
Berita lain:
Ini Empat Gejala bagi Terduga Penderita Ebola
Jadi Menteri, Susi Tak Lagi Merdeka
Hujan Deras, Longsor dan Banjir Menerjang Aceh