TEMPO.CO, Jakarta -- Empat desainer muda Indonesia unjuk gigi memamerkan koleksi mereka di Jakarta Fashion Week 2015. Rosalyn Citta, Patrick Owen, Sapto Djojokartiko, dan Tex Saverio menampilkan kreasi mereka pada malam pembukaan JFW 2015.
Desainer perhiasan Rosalyn Citta membuka gelaran itu dengan tayangan video yang menampilkan koleksinya. Tidak banyak kejutan dari koleksinya malam itu. Rosalyn tetap konsisten dengan desain kalung emasnya yang asimetris, atau anting-anting yang terlihat seperti tusukan pada kuping. Usai penayangan video, Rosalyn bersama para model berbaju hitam keluar dari panggung lengkap dengan perhiasannya. Ini tentu bukan pembukaan yang mengejutkan.
Patrick Owen melanjutkan gelaran empat desainer yang tergabung pada program Indonesia Fashion Forward itu. Dia menghadirkan koleksi yang berbeda dengan musim sebelumnya. Jika sebelumnya Patrick membuat koleksi dari hasil kerjasamanya dengan fotografer, kali ini dia mengeksplorasi motif cetak warna-warni. "Itu sebenarnya diambil dari motif pintu di rumah-rumah dayak," ujar Patrick kepada Tempo, 2 November 2014.
Ada blus dan jaket blazer berwarna putih dengan motif warna merah dan biru. Motif itu mirip seperti gambar totem atau bahkan terlihat seperti gambar coretan manusia purba pada dinding goa.
Patrick juga tetap menghadirkan sweater dari sutra dengan potongan bahu yang besar. Sweater Patrick, bisa digunakan oleh lelaki ataupun perempuan.
Untuk memberikan kontras, dia merancang gaun-gaun hitam transparan bertabur sequin besar-besar. Beberapa gaun bahkan lebih mirip stocking jala yang dipasang di bagian dada. Ada juga bra dari kulit berwarna hitam melengkapi koleksinya. Rasanya seperti melihat koleksi tahun 1990-an.
Patrick sebenarnya mencoba menyuguhkan potongan pakaian hitam yang kontemporer sekaligus berani. Ini kontras dengan motif cetak yang dia suguhkan berselingan pada koleksinya.
Rupanya, itu adalah salah satu strategi untuk memfokuskan perhatian penonton pada motif cetak ala Patrick yang menjadi ciri khas dari desainer muda asal Dumai ini. "Koleksi pakaian hitam itu sebenarnya bagian dari 20 persen koleksi yang tidak ditargetkan laku keras," ujar Kepala Program IFF Diaz Parsada kepada Tempo.
Menurut dia, strategi semacam itu justru lazim dilakukan di panggung mode. Lihat saja bagaimana desainer pakaian pria Thom Browne melakukan hal itu dengan baju gempal penuh sumpalan otot di Paris beberapa waktu lalu. Jualan utama Thom Browne justru setelan jasnya yang kadang dipadu celana pendek. Patrick menyuguhkan resep yang sama dengan Browne.
Pendekatan yang jauh berbeda dilakukan oleh desainer asal Solo, Sapto Djojokartiko. Meneruskan koleksi pret-a-couture yang digelar pada acara tren mode Ikatan Perancang Mode Indonesia pekan lalu, Sapto menyuguhkan koleksi siap pakai miliknya.
Dia menghadirkan koleksi yang terinspirasi dari Penara, alat cetak batik. Ada sweater atau jumpsuit serta celana komprang dengan detail motif dari Penara dalam warna pastel. Koleksi Sapto terlihat sederhana namun kaya akan detail bordir timbul.
Desainer Tex Saverio lewat label Tex Saverio Jakarta menutup malam pembukaan itu dengan koleksinya yang pernah digelar pada Paris Fashion Week September lalu. Pidato khusus diberikan oleh Svida Alisjahbana selaku CEO Femina Group untuk menyambut koleksi yang sudah dipentaskan itu. "Tex sudah banyak melakukan perjalanan bersama Femina Group," kata Svida.
Svida mengisahkan soal perjalanan Tex yang menjadi finalis Lomba Perancang Mode 2005, lalu berlanjut pada penobatan Tex sebagai Dewi Fashion Knights oleh Majalah Dewi, hingga mengikuti program IFF.
Sebenarnya, tidak banyak yang istimewa dari koleksi Tex malam itu. Lewat palet berwarna hitam, putih dan perak, tidak ada sesuatu yang luar biasa dari koleksinya.
Ada motif geometri pada kain perak yang mirip seperti bahan dekorasi panggung. Seperti biasa, dia melakukan teknik potongan laser pada bahan-bahan itu untuk memberikan efek pada gaun yang dia rancang.
Satu-satunya tampilan yang cukup menarik perhatian dari Tex malam itu--selain kemeja kuning yang dia kenakan saat muncul di runway--adalah setelan blazer putih dengan detail potongan kecil yang disusun secara rapi. Potongan itu memberikan efek seperti sayap burung pada setelan blazer itu.
Banyak komentar soal koleksi Tex malam itu. Mulai dari yang memuji hingga mencerca. Tapi tentu, banyak juga yang merindukan Tex Saverio dan koleksi adibusana miliknya. Dia pernah merancang koleksi yang menyerupai ornamen patung-patung emas pada tubuh para model beberapa tahun lalu. Atau lihat saja gaun putih yang dipakai oleh aktris Jennifer Lawrence dalam film Hunger Games: Catching Fire. Sudah lama desain Tex tidak seperti itu. Koleksi Tex yang menutup malam pertama JFW 2015 itu, bagaimanapun jauh dari memuaskan.
SUBKHAN
Berita lain:
Anak Menteri Susi Balas Cuitan Putra Jokowi
Ahok Pernah Diperas oleh @TrioMacan2000
Proyek Jembatan Selat Sunda Dihentikan
Mantan Suami Susi Kewalahan Diwawancarai Media