TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani meminta rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi dalam waktu dekat tidak dikaitkan dengan turunnya harga minyak mentah Indonesia (ICP). (Baca: Jokowi: Subsidi BBM Bebani Anggaran Negara)
"Melihat kebijakan itu enggak cuma satu. Mikirin Indonesia itu jangka menengah dan panjang. Penurunan baru satu-dua pekan, kan, enggak tahu besok lusa bagaimana," kata Askolani di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 4 Oktober 2014. (Baca: BBM Belum Naik, Harga Gula dan Beras Mendahului)
Menurut Askolani, penurunan harga ICP memang menghemat subsidi BBM. Namun kenaikan harga BBM bersubsidi akan tetap berlangsung. "Kalau kita enggak antisipasi, susah, tahu-tahu nanti sudah masuk jurang. Pikirkan, program pemerintah (bisa) berjalan, masyarakat (jadi) terbantu," ujar Askolani.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, ICP bulan Oktober US$ 83,72 per barel. Angka tersebut turun US$ 11,25 per barel dari US$ 94,97 per barel pada September 2014. ICP September pun turun US$ 4,54 per barel dibanding Agustus, yang sebesar US$ 99,51 per barel. Penurunan ini adalah lanjutan tren sejak Agustus, yang turun US$ 5,12 menjadi US$ 99,51 dibanding Juli 2014, yang sebesar 104,63 dolar per barel.
Proyeksinya, rata-rata ICP hingga akhir tahun adalah US$ 102-104 per barel. Angka tersebut berada di bawah asumsi dalam APBN Perubahan 2014 sebesar US$ 105 per barel.
Penurunan ICP mungkin akan menghemat anggaran subsidi Rp 2 triliun di bawah alokasi sebesar Rp 246,5 triliun. "Dengan asumsi kebijakan masih sama, volume, kebijakan kas masih sama itu lebih rendah. Kalau kebijakan disesuaikan, volume berubah, itu (realisasi) bisa berubah," kata Askolani. Pemerintah mematok volume bensin bersubsidi sebanyak 46 juta kiloliter dengan posisi nilai tukar rupiah di kisaran 11.900 per dolar Amerika.
AISHA SHAIDRA
Terpopuler:
Menteri ESDM Copot Dirjen Migas
Susi Pilih Pulang Kampung Bila Terhambat Birokrasi
Sofyan Djalil Pastikan Harga BBM Naik Bulan Ini
Miliaran Rupiah untuk Logo Baru
Jokowi Gandeng 20 Investor Infrastruktur