TEMPO.CO, Liverpool - Studi yang dimuat dalam jurnal Earth and Planetary Science Letters baru-baru ini mengungkap dua gumpalan batuan padat di bawah garis pantai Cile ternyata berperan membangkitkan gempa di Kota Maule pada 2010. Kekuatan gempa tersebut mencapai 8,8 skala Richter. Para ilmuwan berpendapat, gumpalan tersebut terjadi akibat pergeseran lempengan bumi.
Beberapa gempa bumi berkekuatan besar tercatat pernah terjadi di Cile. Penyebabnya karena negara ini terletak di atas zona subduksi antara lempeng tektonik Nazca dan lempeng tektonik Amerika Latin. Punggung bukit dan gunung bawah laut lempeng Nazca yang terletak di Samudra Pasifik mencapai garis pantai Cile. (Baca: Pancaran Gas Vulkanik Cile Terlihat dari Antariksa)
“Karena itu gempa besar tersebut mencapai kota,” kata Stephen Hicks, ahli seismologi dari University of Liverpool di Inggris, seperti dikutip dari Livescience, Kamis, 6 November 2014.
Menurut US Geological Survey, gempa di Maule setidaknya menewaskan lebih dari 520 orang dan melukai 12 ribu orang lainnya. Gempa tersebut merusakkan 370 ribu rumah.
Setelah gempa yang terjadi di pusat Cile 27 Februari 2010 itu, sebuah konsorsium internasional mencatat 40 ribu gempa susulan dalam sebulan. Data tersebut, kata Hicks, memberikan gambaran rinci tentang bagaimana berbagai jenis batuan yang masuk ke dalam zona subduksi.
Berdasarkan data tersebut, Hicks dan timnya mengembangkan studinya. Mereka melihat dua batuan padat terbentuk karena pertemuan lempeng tektonik itu. Batuan padat tersebut terletak di 125 kilometer timur lepas pantai, berada tepat di zona subduksi. Satu lagi terletak di 44 kilometer dari garis pantai.
Hicks mengatakan batuan padat berbentuk mantel kulit peridotit. Mantel ini biasanya terbentuk dari lapisan batuan panas di bawah bumi. Batuan tersebut, menurut dia, terbentuk pada 250 juta tahun lalu. “Di sinilah letak gunung berapi purba,” ujarnya.
Lokasi tersebut, kata Hicks, merupakan titik pusat gempa 2010. Mulanya, dia menambahkan, beberapa gempa kecil terjadi di tempat ini. “Singkatnya, getaran-getaran kecil tersebut menaikkan peridotit,” ujarnya. Hicks mengklaim, studinya ini akan bermanfaat dalam pembabakan sejarah gempa tektonik di dunia. Simak berita tekno lainnya di sini.
AMRI MAHBUB
Berita lain
Kiamat Ketika Matahari Mengembang dan Memakan Bumi
Google Perbarui Tampilan Gmail di Android
Aplikasi Jongla Fokus Garap Pasar Indonesia
Tongkat Sapu Unik Rancangan Mahasiswa Telkom
Jongla Incar Tiga Besar Aplikasi Pesan