TEMPO.CO, Tokyo - Pengadilan Jepang menuntut restoran steak Sun Challenge memberikan uang sebesar 58 juta yen (Rp 6,2 miliar) kepada keluarga pria korban bunuh diri pada 2010 lalu. Restoran itu dipastikan menjadi penyebab yang memicu salah satu karyawannya memilih untuk mengakhiri hidupnya setelah dipaksa untuk lembur rata-rata 200 jam per bulan.
"Dengan hanya ada satu hari libur setiap beberapa bulan, pria ini mengalami beban psikologis berkepanjangan. Laporan dari temannya menyebut bahwa pria ini juga mengalami pelecehan yang menyebabkan gangguan mental," kata ketua majelis hakim Akira Yamada, seperti dilaporkan Daily Star, Kamis, 6 November 2014.
Pengadilan Distrik Tokyo menjelaskan direktur Sun Challenge dan dua petinggi lainnya dinyatakan bersalah karena gagal memberikan jam kerja yang sesuai untuk karyawannya. Kedua petinggi restoran itu harus membayar denda yang diminta sebagai dana kompensasi untuk keluarga korban. (Baca: Kasus Mita Diran, 6 Hal Buruk Akibat Suka Lembur)
Menurut laporan, korban sudah mulai bekerja di Sun Chalenge sejak 2007. Dua tahun bekerja, pria 24 tahun itu diangkat menjadi manajer restoran. Tujuh bulan sebelum gantung diri, dia bekerja dengan rata-rata 190 jam lembur setiap bulan. Dia juga hanya mendapatkan dua hari libur setiap 30 hari kerja. (Baca: Wanita Suka Lembur Cenderung Gemuk)
Budaya kerja lembur yang tidak diatur pemerintah Jepang diperkirakan menjadi penyebab utama penyakit mental dan fisik di kalangan karyawan. Sebutan karoshi atau mati karena bekerja pun marak dibicarakan oleh para pekerja menyusul lonjakan karyawan yang mati bunuh diri karena stres bekerja terlalu lama.
RINDU P. HESTYA | DAILY STAR
Berita Lain:
Hina Al-Quran, Sepasang Umat Kristen Dibakar
Kim Jong-un Sudah Bisa Jalan tanpa Tongkat
Dua WNI di Burkina Faso Dipulangkan Hari Ini