TEMPO.CO, Wonosobo - Bupati Wonosobo, Jawa Tengah, Kholiq Arif resah melihat cepatnya laju erosi Dataran Tinggi Dieng. Menanam kentang secara masif satu di antara pemicunya. Longsor tiap tahun terjadi. Selain itu, pada 2006-2007 setidaknya 112 dari 500 sumber mata air berkapasitas sedang dan besar mati.
Data ini merujuk survei Pemerintah Kabupaten Wonosobo di 16 desa Kecamatan Kejajar. Penurunan debit mata air di kawasan Dataran Tinggi Dieng hingga 40 persen terjadi pada 2011. “Hampir semua lahan di Kejajar tergolong kategori kritis bahkan sangat kritis,” kata Kholiq kepada Tempo di Wonosobo, 1 Oktober 2014.
Kholiq tidak tinggal diam. Ia membentuk tim penyelamatan Dieng. Tugasnya mengembalikan fungsi hutan lindung tanpa mengabaikan kepentingan ekonomi dan sosial budaya. Tim ini bekerja sama dengan kelompok masyarakat dan organisasi non-pemerintah.
Dieng punya kemiringan dari 10-15 persen (sangat miring) hingga sangat terjal lebih dari 60 persen. Curah hujannya tergolong tinggi. Kawasan ini memiliki 3.400 hektare lahan yang dikelola penduduk. Sedagkan, 2.307 hektare lahan dikelola Perusahaan Hutan Nasional Indonesia. Petani rata-rata punya lahan 0,02 hektare untuk setiap satu kepala keluarga.