TEMPO.CO, Malang - Migrasi raptor atau burung elang dari kawasan Asia Utara ke Indonesia menguntungkan petani. Karena migrasi sekitar 20 jenis burung elang tersebut bermanfaat bagi keseimbangan alam. Salah satunya, elang berjasa untuk mengendalikan hama seperti tikus sawah. "Elang memangsa tikus yang menjadi hawa tanaman," kata pengamat elang dari Profauna, Made Astuti, Jumat 8 November 2014. (Baca: Skate, Ikan Unik yang Dapat Hidup di Darat)
Burung raptor bermigrasi dari daerah dingin ke yang lebih hangat. Selain iklim, terpengaruh juga cadangan makanan yang menipis. Selama bermigrasi, elang juga beristirahat di kawasan pegunungan yang kaya makanan dan teduh. Total sebanyak 20 jenis. Di antaranya baza jerdon (aviceda jerdoni), baza hitam (aviceda leuphotes), elang paria (milvus migrans) dan elang ular jari pendek (circaetus gallicus)."Kawasan belahan utara mulai musim dingin, elang sulit cari makan," katanya. (Baca: Indonesia Rumah bagi 1.666 Spesies Burung)
Rute hijrah dari Cina melintasi Thailand-Malaysia-Singapura-Kepulauan Riau-Palembang-Lampung-Jawa hingga ke Nusa Tenggara Timur. Burung raptor tersebut akan menetap selama lima bulan dan setelah itu kembali ke habitat asal. Rute perjalanan migrasi tak berubah, kecuali jika terjadi gangguan alam. Seperti kebakaran hutan di Riau, jalur migrasi elang berubah untuk menghindari asap. Sementara elang dari Jepang rute migrasinya melintasi Taiwan-Filipina-Kalimantan.
Puncak migrasi terjadi mulai akhir Oktober sampai awal November. Elang terbang soaring, yakni terbang melayang dengan memanfaatkan energi panas bumi atau geotermal. Sehingga pengamatan bisa dilakukan mulai pukul 09.00 WIB sampai tengah hari. Namun, jika mendung sulit untuk mengamati elang karena elang terbang menggunakan energi panas bumi.
Komunitas Serikat Birdwatcher Ngalam (Seriwang) mengamati migrasi burung pemangsa atau raptor dari dataran Asia Utara ke Indonesia. Mereka mengamati sekitar seratusan raptor yang terbang di atas Gunung Banyak, Kota Batu. "Pengamatan dilakukan dua kali pada pekan lalu," kata pegiat Seriwang, Swasti Prawidya Mukti.
Raptor bermigrasi ke kawasan Indonesia karena memiliki ragam makanan berupa aneka jenis serangga, tikus, dan ular. Elang yang bermigrasi antara lain sikep madu Asia (prenis ptylorhynchus), elang alap Nipon (accipitor gularis), dan elang alap Cina (accipitor soloensis). Setiap burung raptor terbang berkelompok.
Burung sikep madu terbang berkelompok antara 2-5 ekor. Selain memakan tikus, kodok, aneka serangga dan burung kecil, sikep madu juga memakan sarang lebah. Sedangakn elang Nipon terbang berkelompok maksimal tujuh ekor. Selama bermigrasi tak ada konflik antara raptor dari Asia Utara dengan raptor endemik Indonesia. Lantaran, burung tersebut saling menjaga daerah teritorial masing-masing elang. (Baca: Bahas Karst, Ribuan Pegiat Gua Kumpul di Cibubur)
"Elang asli Indonesia kadang berpatroli, untuk menegaskan daerah teritorialnya," kata Asti. Selain itu, burung raptor yang bermigrasi terbang berkelompok sehingga raptor asli Indonesia memastikan tak berkonflik. Seperti berebut pakan atau menetap di daerah yang menjadi habitat elang andemik Indonesia.
Pengamatan dilakukan bersama 25 orang anggota Seriwang terdiri dari kelompok mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang dan Jurusan Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Malang. Mereka menggunakan binokuler atau teropong aneka jenis. Mereka mengawasi elang yang terbang di udara. Sebagian mengabadikannya dengan kamera foto. Burung raptor tersebut akan kembali ke negara asalnya pada Februari-Maret tahun depan. Proses perpindahan burung tersebut juga menarik untuk diamati.
EKO WIDIANTO
Terpopuler:
Antara Nadine Putri Susi dan Ayang Putri Jokowi
9 Perempuan Berpengaruh Versi Forbes
Kronologi Penembakan di Rumah Amien Rais
Pimpinan DPR Terlibat Kasus Korupsi, KPK Bergerak
Yusril Ihza Kritik Tiga Kartu Jokowi