TEMPO.CO , Jakarta - Analis energi dari Indonesian Resources Studies (Iress), Marwan Batubara, meminta Presiden Joko Widodo dan jajarannya mewaspadai banyaknya tawaran impor minyak dari berbagai negara. (Baca: Rusia Tawarkan Minyak ke Indonesia).
Marwan mengatakan rencana pemerintah untuk mencari sumber minyak baru harus diimbangi dengan keterbukaan. "Transparansi penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak,” kata dia kepada Tempo, Jumat, 7 November 2014.
Menurut Marwan, produsen minyak seperti Iran, Rusia dan Angola menjajal Indonesia karena jumlah kebutuhannya besar dan prospektif sebagai pasar yang baru. Di sisi lain pemerintah Indonesia harus memanfaatkan peluang ini demi mencari sumber pasokan yang murah. (Baca juga: Iran Bidik Investasi Kilang di Indonesia).
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo tengah mencari pasokan untuk menutupi kekurangan pasokan minyak akibat lifting yang tidak sesuai dengan target. Kini, tawaran datang dari pemerintah Angola melalui perusahaan minyak nasional, Sonangol E.P. Belakangan muncul pula tawaran dari Rusia dan Iran. (Baca: Bahas Minyak, Sonangol-Pertamina Bertemu Lagi).
Saat ini, kilang yang ada di Indonesia hanya mampu memenuhi 30 persen kebutuhan premium dan 70 persen solar. Dengan demikian, Indonesia masih mengimpor 70 persen kebutuhan premium nasional dan 30 persen solar. Total impor kedua produk tersebut mencapai 13 juta kiloliter per tahun. Kebutuhannya bakal meningkat seiring naiknya konsumsi bahan bakar sebesar 8-9 persen per tahun.
JAYADI SUPRIADIN
Berita Terpopuler
Mendiang Manajer Cantik Ditemukan Nyaris Telanjang
Yusril Ihza Kritik Tiga Kartu Jokowi
Pengakuan Blakblakan Pembunuh Manajer Cantik