TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai jurnalis, saya merasa mendapatkan kehormatan besar dari karib saya, Erick Priberkah Hardi. Sebelum wafat karena kecelakaan di Bandung, Erick, koresponden Tempo biro Bandung sejak 2009, menitipkan berita terakhir yang dia buat kepada saya.
Pada Jumat, 7 November 2014, saya berada di ruangan newsroom Tempo hingga dinihari karena kebagian jatah piket. Malam itu, ada laga final Liga Super Indonesia antara Persib dan Persipura. Sebagai "urang Bandung", saya dan tiga rekan jurnalis Tempo lantas melakukan selebrasi kecil di kantor karena Persib tampil sebagai juara.
Di tengah rasa bungah, saya teringat tugas malam itu, sebagai redaktur piket. Saya pun mendapat kabar dari banyak rekan bahwa warga Bandung berpesta atas kemenangan Persib. Kawan-kawan mengabarkan jalanan macet akibat konvoi sepeda motor.
Saat itu saya mengontak Erick dan Risanti, koresponden biro Bandung lainnya, untuk mendapatkan kabar terbaru. Risanti tak bisa dikontak dan Erick-lah yang membaca pesan BlackBerry saya. Kami pun berbalas pesan seputar informasi keadaan Kota Bandung.
Namun Erick mengaku kesulitan untuk membuat berita lengkap, karena dia terjebak di tengah kemacetan Jalan Setiabudi. Saya akhirnya meminta Erick melaporkan "pandangan mata" lewat pesan BlackBerry dan saya menuangkannya dalam bentuk berita lengkap disertai beberapa data yang diperoleh dari sumber lain.
Melalui pesan BlackBerry, Erick menggambarkan saat itu banyak sepeda motor yang ditunggangi anak-anak muda tak berbaju. Sebagian dari mereka memain-mainkan tuas gas sepeda motor sehingga menyebabkan kebisingan di tengah kemacetan. Ada juga yang menyalakan suar (flare) berwarna merah. Kabar dari Erick lantas saya tuangkan dalam naskah berita online berjudul: Persib Juara, Konvoi Motor Macetkan Bandung.
Selepas itu saya masih melanjutkan "BBM-an" bersama Erick. Ngobrol ngalor-ngidul sambil sesekali menagih kabar terbaru. Pukul 23.23 WIB, Erick menyudahi obrolan dan berjanji akan memberi kabar terbaru pagi harinya. Sabtu pagi, saya menerima pesan dari pesawat BlackBerry Erick. Saya berpikir pesan itu adalah berita soal Bobotoh Persib dari Erick.
Tapi alangkah kagetnya, karena isi pesan itu malah mengabarkan Erick dalam kondisi kritis karena kecelakaan lalu lintas sekitar pukul 05.30 WIB. Rupanya, si penulis pesan adalah salah satu keluarga pengendara sepeda motor yang bertabrakan dengan Erick. Dia menggunakan ponsel Erick untuk mengabarkan kecelakaan itu. Dan mungkin dia membaca percakapan saya dan Erick melalui pesan BlackBerry, sebelum kemudian mengetikkan kabar duka itu.
Dua jam di jalan tol, saya akhirnya tiba di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan melihat Erick terbujur kaku. Dengan alat bantu pernapasan, sahabat saya ini rupanya terus berjuang mempertahankan hidup. Tapi takdir berkata lain, Sabtu pukul 22.05 WIB "wartawan garis keras" ini dipanggil Ilahi. Selamat jalan Erick Priberkah Hardi.
FERY FIRMANSYAH
Berita Terpopuler
Nurul Arifin: Muntah Lihat Menteri Jokowi Blusukan
Dukung Menteri Blusukan, Tweeps Bully Nurul Arifin
Nurul Arifin Menyesal Tak Sebar Duit Saat Pemilu