TEMPO.CO, Jakarta - Siapa yang tak setuju bahwa melihat bunga bikin hati bahagia? Bahkan penyair Ralph Waldo Emerson, pernah bilang, the earth laughs in flowers. Bumi tertawa lewat bunga-bunga. Itulah yang diterjemahkan Clea pada interior lounge anyar di kawasan Kemang ini. Clea yang satu manajemen dengan Tea Addict, baru dibuka tiga bulan lalu.
Begitu masuk ke Clea, kita akan disambut wangi lembut dari satu vas penuh kembang Baby Breath dan Statis. Masuk ke dalam, kita akan melihat mawar oranye di mana-mana. Tak cukup empat tangkai mawar oranye di pot kubik kaca di meja. Ada juga satu buket besar mawar di meja bar, dan di sudut lain ruangan. Ini seperti piknik ke taman bunga.
Tampilan dalam ruang Clea sederhana tapi manis. Bak mawar yang sedang cantik-cantiknya. Ruangan lounge ini didominasi warna putih–pilihan aman bagi yang ingin menghadirkan kesan vintage dan intim-dengan perabot kayu minimalis warna cokelat karamel. “Tempatnya feminin dan lebih cocok untuk cewek-cewek ngumpul,” kata Fran, salah satu pengunjung pria yang datang ke sana, pekan lalu.
Lounge ini berbatasan sekat kaca dengan toko bunga Clea. Bagian lounge yang berbatasan langsung dengan toko bunga itu jadi spot favorit untuk dipotret, dan sering dipamerkan pengunjung Clea di akun Instagram, Path, serta blog mereka, karena memang fotogenik. (Baca juga: Bercengkerama dengan Jagoan di Comic Cafe)
Ya, di Clea, pengunjung bisa mengobrol dan minum teh sambil menikmati bunga potong warna-warni di balik dinding kaca. Ada mawar, lily, anggrek Belanda, mawar Cina beragam warna, mulai dari putih, kuning, juga merah muda. Bunga dan buket mawar di dalam lounge diambil dari toko itu. “Layu sedikit, kami akan ganti bunga di meja lounge agar pengunjung terbawa kesegarannya,” kata Amsari, pegawai Clea.
Seperti tea house lain, Clea berupaya keras untuk terlihat homy dan kasual sehingga asyik untuk tempat ngerumpi dengan kawan satu geng. Misalnya lewat pemilihan lantai kayu, pencahayaan temaram, dan dekorasi yang rumahan. Tapi sayang, Clea seperti hanya mengandalkan “tetangga”-nya. Tanpa ada toko bunga, lounge Clea akan “layu”. Apalagi playlist musik jazz yang mengalun selama kami dua jam berada di sana, sampai terputar dua kali.
Soal makanan, Clea terbilang lengkap. Mirip toko serba ada, karena banyak jenis makanan ditawarkan di sana. Mulai dari camilan yang bisa dimakan ramai-ramai, kue cantik seperti red velvet, salad, sampai makanan berat seperti pasta. Makanan Asia seperti ayam bakar, serta penganan khas Prancis seperti escargot, ada di sana. Harganya mulai dari kisaran Rp 30 ribu.
Escargot yang kami icipi petang itu tak terlalu istimewa. Daging bekicotnya masih kurang empuk, tapi ditutup lelehan saus mentega dan bawang putih yang gurih. Ada sembilan potong daging yang tersaji di wadah berisi enam lubang. Yang melegakan tenggorokan adalah teh jahe yang hangat, dengan wangi kayu manis yang membuat rileks.
Pilihan minuman di Clea variatif, kendati tak ada tea set seperti di Bradley’s British Tea House, Senopati. Di Clea, kita bisa memilih dari sejumlah kategori, seperti teh herbal, teh hitam, teh putih, teh hijau, frappe, jus, dan kopi, dengan kisaran harga Rp 25–40 ribu. Cocok untuk teman piknik sore hari, ke taman bunga dalam ruangan Clea. (Baca juga: Basco, Olahan Keluarga Matt Basile)
ISMA SAVITRI
Terpopuler:
Halang Rintang di Pohon-pohon Somba Opu
Sate Blekok Khas Gresik
Jepang Bebaskan Visa untuk Wisatawan Indonesia
Dua Abad Meletusnya Tambora, NTB Undang Wisatawan
Tips Berwisata Kemilau Bumi